Rabu 01 Mar 2023 08:52 WIB

Pria Jepang Minum Parasetamol Setiap Hari Selama 25 Tahun, Apa Dampaknya?

Parasetamol merupakan obat pereda demam dan nyeri ringan atau sedang.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Parasetamol (ilustrasi). Parasetamol umumnya aman dan tidak boleh digunakan lebih dari tiga hari sekaligus.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pria berusia 77 tahun dari Jepang mengalami kecanduan obat yang mengandung parasetamol. Dia menyalahgunakan parasetamol untuk menenangkan pikiran.

Parasetamol adalah obat yang umum dikonsumsi untuk membantu mengobati rasa sakit dan menurunkan demam yang disebabkan oleh penyakit seperti pilek dan flu. Obat ini juga biasanya diminum untuk meredakan nyeri ringan atau sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, atau keseleo.

Baca Juga

Parasetamol umumnya aman dan tidak boleh digunakan lebih dari tiga hari sekaligus. Namun, menurut laporan, pria itu mengonsumsi parasetamol, yang juga mengandung beberapa bahan lain, setiap hari selama 25 tahun.

Akibatnya, pria tersebut didiagnosis infeksi paru-paru yang mematikan setelah mengonsumsi obat flu dan pilek setiap hari selama beberapa dekade. Meskipun bisa menyerang individu dari segala usia, penyakit ini lebih sering terjadi dan bisa lebih mematikan di kalangan anak muda atau orang tua.

Setelah minum antibiotik, gejala-gejala yang dialami pria tersebut dengan cepat mereda. Namun, dia terserang flu pada Januari 2012 dan mulai minum obat penghilang rasa sakit lagi.

"Satu bulan kemudian, dia kembali ke rumah sakit dengan kondisi batuk yang sudah parah dan memburuk," tulis petugas medis dalam laporan medis, seperti dilansir The Sun, Rabu (1/3/2023).

Petugas medis menyatakan bahwa pneumonia yang diderita pria paruh baya tersebut disebabkan oleh parasetamol yang dikonsumsinya. Pasien kemudian diminta untuk berhenti mengonsumsi obat tersebut dan gejala sistem pernapasannya pun mulai membaik.

"Namun, kapasitas paru-parunya tidak sepenuhnya pulih. Ini menunjukkan bahwa beberapa masalah kronis telah berkembang selama perjalanan penyakit yang panjang," kata petugas medis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement