REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia bersiap melakukan transplantasi paru untuk pertama kalinya. Agar momen besar ini berhasil, dunia kedokteran pun tengah menyiapkan diri.
Direktur Utama RSUP Persahabatan, Prof Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP (K), mengatakan persiapan yang dilakukan yakni:
1. Jangka pendek
Prof Agus mengungkapkan, segala persiapan telah dilakukan RSUP Persahabatan sebagai pelaksana program transplantasi paru untuk pertama kalinya di Indonesia. Dalam jangka pendek, mereka melakukan persiapan intensif untuk transplantasi paru dengan donor yang tersedia.
"Jadi saat ini ada satu donor yang memang tersedia yang bisa digunakan secara bersama-sama dengan transplantasi organ di berbagai rumah sakit," ujarnya dalam Webinar Transplantasi Paru, yang diselenggarakan oleh RSUP Persahabatan, Senin (27/2/2023).
Menurut Prof Agus, donornya sudah bersedia. Apabila pendonor meninggal, maka organnya bisa diambil mulai dari jantung, paru, dan ginjal.
"Masing-masing rumah sakit ini sudah berkolaborasi bila hal itu terjadi, bisa dilakukan transplantasi bersama dengan mengambil organ yang ada," ujarnya.
Para dokter telah melakukan peningkatan kapabilitas SDM dalam waktu singkat pada masa pandemi. Salah satunya, berbagi pengalaman oleh ketua transplantasi organ RSCM, Prof Hanifah Oswari, pada 6 Desember 2021. Mereka juga melakukan kuliah daring transplantasi paru dari Singapura pada Desember 2021.
Tak hanya itu, para dokter juga melakukan uji coba pada hewan sebanyak tiga kali. Mereka pun menemui Ketua Konsil Kedokteran Indonesia untuk persyaratan dari luar negeri.
Para dokter membuat protokol lengkap transplantasi paru serta melengkapi peralatan dan obat-obat. Prof Agus mengatakan, pada 2022 pihaknya sempat belum memiliki obat untuk membuat jaringan paru tetap terjaga. Obat tersebut harus melalui Special Access Scheme (SAS). Sekarang, dia sudah mendapatkan obat tersebut pada awal 2023.
"Artinya kita saat ini sebenarnya ready untuk melakukan trasnplantasi," ujarnya.
Selain itu, rekomendasi komite transplantasi nasional (KTN) telah didapatkan sebagai persyaratan utama pengurusan izin. Lalu kolaborasi luar negeri untuk transplantasi telah terjalin, MoU dengan Taiwan University Hospital.
Tak hanya itu, mereka juga menyiapkan calon resipien yang sesuai dengan calon donor, dan membuat paket tarif transplantasi paru.
2. Jangka menengah
Selain jangka pendek, ada juga jangka menengah. Untuk satu sampai dua tahun ke depan, pihaknya melakukan paralel dengan persiapan intensif dengan peningkatan SDM RSUP Persahabatan berbagai bidang dengan mengirimkan staf untuk clinical fellowship ke luar negeri.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengusulkan kepada Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan dana LPDP untuk pengembangan SDM Kemenkes RI berupa fellowship. Pihaknya juga mengembangkan berbagai teknik transplantasi paru termasuk living donor lobar transplant. Yang terpenting adalah mengembangkan sistem donasi organ bersama KTN di Indonesia.
"Ini sedang kami siapkan bukan hanya paru-paru, tapi juga organ-organ apa saja bisa disumbangkan. Itu harus diorganisasikan dalam satu sistem," ujarnya.
Tak lupa advokasi kepada BPJS untuk revisi tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG) transplantasi paru. Mereka juga melakukan promosi kepada organisasi-organisasi charity atau swasta untuk dana transplantasi paru.
3. Jangka panjang
Untuk jangka panjang, bila program transplantasi paru sudah jalan di RSUP Persahabatan, maka selanjutnya RSUP Persahabatan akan menyelenggarakan kursus transplantasi paru dan fellowship dan proctorship transplantasi paru untuk rumah sakit-rumah sakit lain di Indonesia.