Senin 27 Feb 2023 17:26 WIB

Sulap Limbah Mainan tak Terpakai Jadi Mainan Baru

Proyek "Peri Pong" diadakan untuk mengatasi sampah mainan plastik.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Peri Bumi dan Parongpong meluncurkan project Peri Pong untuk mengatasi mainan bekas yang tidak terpakai. Project ini akan dimulai pada 21 Februari hingga 25 Mei 2023 untuk area Jakarta dan Bandung.
Foto: Republika/Gumanti
Peri Bumi dan Parongpong meluncurkan project Peri Pong untuk mengatasi mainan bekas yang tidak terpakai. Project ini akan dimulai pada 21 Februari hingga 25 Mei 2023 untuk area Jakarta dan Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ayah dan Bunda pasti sering membelikan mainan untuk buah hatinya. Semakin besar buah hati, biasanya semakin bervariasi mainan yang dibeli, dan tanpa disadari lama kelamaan mainan itu hanya akan menumpuk dan menjadi limbah rumah tangga.

Dilatarbelakangi masalah tersebut, Peri Bumi dan Parongpong, menginisiasi proyek "Peri Pong" untuk mengatasi sampah mainan plastik. Proyek ini juga diusung untuk memperingati Hari Sampah Nasional, akan dimulai pada 21 Februari hingga 25 Mei 2023 untuk area Jakarta dan Bandung.

Baca Juga

CEO Parongpong, Rendy Aditya Wachid, mengatakan bahwa Peri Pong dibuat untuk meningkatkan kepedulian tentang sampah di rumah tangga, terutama mainan anak. Dengan melibatkan anak dalam mengkurasi mainan yang tidak lagi dipakai, orang tua juga bisa mengedukasi dan menanamkan nilai-nilai keberlanjutan, tidak konsumtif, dan bertanggung jawab kepada anak sedari dini.

"Perlu ada kesadaran tentang konsumsi berlebihan sejak dini, dan kami pikir ini bisa dimulai dari rumah dan sesuatu yang anak-anak lihat setiap hari seperti mainan. Tentunya kami harap ketika anak itu menjadi dewasa dia bisa memiliki prinsip sustainability tadi," kata Rendy dalam acara peluncuran proyek tersebut di Jakarta Selatan akhir pekan llau.

Menurut Rendy, proyek ini sangat urgen, sebab hingga kini masa pakai dari produk mainan belum ada standardisasinya, sehingga orang tua kesulitan menentukan mainan yang bisa bertahan lama dan bermanfaat bagi perkembangan anak. 

"Nah bagi Parongpong sendiri, kami melihat bahwa mainan itu memiliki potensi untuk menjadi sampah redisu, karena komponen yang dipakai untuk membuat mainan itu banyak sekali," kata dia.

Melalui "Peri Pong", masyarakat bisa mendonasikan mainan yang sudah tidak dipakai ke Peri Bumi dan Parongpong. Nantinya mainan akan dipilah menjadi dua kategori, yaitu masih layak pakai akan didonasikan kepada anak-anak terdampak bencana, dan yang tidak layak pakai akan didaur ulang di pusat daur ulang Parompong Raw Lab yang merupakan pusat pengolahan dan riset sampah residu menjadi material. 

Adapun untuk projyek "Peri Pong", dikatakan Rendy, Parompong akan menyulap mainan yang tidak layak pakai menjadi mainan-mainan baru yang sifatnya komunal seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan lainnya. Mainan komunal tersebut juga rencananya akan dipasang di ruang-ruang publik

"Tujuannya juga untuk memberi pengertian bahwa bermain itu tidak hanya individu, atau menggunakan mainan, karena mainan tradisional zaman dulu itu lebih sustainable. Mainan yang sifatnya komunal juga memberikan kesempatan untuk menumbuhkan kemampuan bersosialisasi," kata Rendy.

Selain menanamkan nilai berkelanjutan terhadap anak, Rendy berharap proyek ini bisa mencegah mainan-mainan yang sudah tidak dipakai berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir sampah). "Ini tujuan utama, karena sampah di Indonesia itu sudah sangat banyak sekali," tegas dia.

Rendy juga berharap, kolaborasi Peri Bumi dan Parongpong bisa menjadi tolok ukur dan database yang layak, sehingga ke depannya proyek serupa bisa dilakukan di banyak kota dan bisa memberi dampak yang lebih luas lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement