Ahad 26 Feb 2023 13:27 WIB

Baru Usia 30-an Sudah Kena Strok? Ternyata, Ini Pemicunya

Strok juga dapat menyerang Gen Z.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Dokter menunjukkan area otak yang terdampak strok (ilustrasi). Gaya hidup Gen Z yang mager dapat membuat mereka berisiko strok.
Foto: AP
Dokter menunjukkan area otak yang terdampak strok (ilustrasi). Gaya hidup Gen Z yang mager dapat membuat mereka berisiko strok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai bagian dari kelompok usia produktif generasi Z (Gen Z) menghadapi tantangan menjaga kesehatan diri. Tanpa disadarinya, rutinitas bekerja seharian di depan laptop dan malas bergerak (mager) bisa memicu beberapa penyakit kronis, seperti strok.

Dokter spesialis kardiologi dan penanggung jawab penyusunan buku pedoman Indonesian Society of Hypertension (InaSH) Dr dr Antonia Anna Lukito SpJP (K) mengatakan menghadapi Gen Z harus dengan cara yang berbeda. Sebab, mereka terbelenggu dengan gawai dalam kegiatan sehari-hari.

Baca Juga

Menurut dr Antonia, Gen Z tidak merasa harus keluar untuk mendapatkan informasi atau pun barang yang diperlukan. Semua bisa diselesaikan di rumah dengan ketukan jari saja.

"Itu yang membuat mereka generasi yang berbeda dan patut mendapat perlakuan berbeda," kata Antonia dalam acara 17th Scientific Meeting InaSH 2023 di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/2/2023).

Dokter Antonia menjelaskan kebiasan duduk (sitting disease) inilah yang akan membawa mereka pada penyakit kronis, seperti strok. Banyak anak muda saat ini yang sudah menderita strok pada usia 30-an.

Kebiasaan mager ini membuat kalori yang masuk dalam tubuh tidak keluar sama sekali. Akibatnya, kalori yang berlebihan itu akan menumpuk dan membentuk lemak. Salah satu lemak yang terbentuk dan sangat berbahaya adalah lemak perut.

"Lemak perut itu mempunyai kontrol terhadap keseimbangan hormon, segala macam hormon, metabolisme. Jadi, kalau sudah mulai gemuk, hormonnya mulai kacau. Hormon apa? Hormon pengatur metabolisme gula, lemak, dan lainnya sehingga bisa cepat terkena fatty liver," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement