Selasa 21 Feb 2023 17:12 WIB

Rumah Sakit Diminta Terima Resep Herbal

Saat ini ada sebuah rumah sakit percontohan di Jogjakarta yang menerima resep herbal.

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Umum APHMI Warsono (Tengah)
Foto: Rep-A Syalaby Ichsan
Ketua Umum APHMI Warsono (Tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Herbal Muslim Indonesia (APHMI) Warsono mendorong pihak rumah sakit untuk menerima resep herbal. Menurut dia, saat ini sudah ada sebuah rumah sakit percontohan di Jogjakarta yang bisa menerima resep herbal. Dia pun meminta agar semua pihak dari pemerintah dan DPR mendukung agar industri herbal bisa diterima di kalangan medis.

"Untuk sekarang yang sudah berjalan apotek herbal Indonesia, sudah masuk rumah sakit di Jogja. Sudah ada percontohan herbal ini sudah masuk kesana. Artinya herbal ini diterima,"ujar Warsono di sela Musyawarah Nasional (Munas) APHMI di Jakarta, Selasa (21/2). 

 
photo
Minuman herbal. Seorang perempuan berusia 45 tahun mengalami kerusakan lever. Penyebabnya ditengarai karena konsumsi suplemen minuman herbal. (ilustrasi) - (www.freepik.com)

Selama ini, Warsono menjelaskan, para pelaku industri herbal terkendala masuk ke rumah sakit karena belum ada regulasinya. Padahal, ujar Warsono, industri herbal secara internal sudah diterima oleh praktisi medis dan masyarakat. Dia pun mengungkapkan, obat-obatan herbal dan kimiawi bisa bersinergi ke depan demi kesehatan masyarakat. Hal tersebut, ujar Warsono, sudah terjadi di negara lain. "Kami di asosiasi mari mohon bimbingan pihak terkait pemerintah kami siap untuk dibina kemana arah kita ke depan,"kata dia.

Di sisi lain, dia mengakui masih banyak pemain industri herbal yang belum berizin. Dia pun mengimbau agar mereka menggunakan sistem maklon atau mengambil bahan baku dari perusahaan yang sudah memiliki izin sehingga masih bisa tetap berusaha dengan legal. Warsono tidak menganjurkan kepada pelaku industri herbal yang masih belum memiliki kecukupan modal untuk memproduksi produk sendiri. Pada akhirnya, ujar Warsono, mereka kemudian memalsukan izin termasuk melanggar peraturan pemerintah. 

"Kita ajak teman-teman tadi, kita cari solusinya tetap kita bina karena ini bagian dari upaya kita tidak akan kita tinggalkan. yang kecil akan disupport yang besar,"jelas dia.

Warsono pun mengajak kepada segenap pelaku herbal naik kelas. Hal tersebut, ujar dia, sudah dibuktikan oleh beberapa produsen herbal Tanah Air yang bisa mengekspor produknya ke beberapa negara seperti Korea Selatan dan Qatar. 

Mengenai kepengurusan APHMI ke depan, Warsono berharap agar organisasi yang dirintisnya itu dipimpin oleh anak muda yang bisa membawa APHMI ke depan lebih baik. Kepengurusan tersebut diminta mampu untuk memenuhi visi APHMI yakni membangun ekonomi umat demi kejayaan bangsa dengan menciptakan pengusaha herbal Muslim kelas dunia. 

Ketua Panitia Munas Pertama APHMI Abu Khusairi menjelaskan, munas APHMI yang digelar di Hotel Aston, Jakarta, tersebut merupakan munas pertama yang digelar setelah sepuluh tahun keberadaan APHMI. Setidaknya, ada 150 peserta yang berasal dari 19 dewan pengurus wilayah. Sebenarnya, ujar dia, ada 24 DPW dan 650 anggota yang berada di bawah kepengurusan APHMI. Mereka setidaknya memiliki 1500 produk herbal yang sudah beredar di masyarakat. "Mereka terdiri dari produsen bahan baku herbal, distributor, hingga terapis,"ujar Abu Khusairi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement