Senin 06 Feb 2023 04:33 WIB

Terbiasa Puasa Intermiten, Orang Berisiko Binge-Eating Kemudian Hari

Puasa intermiten tampak memengaruhi kebiasaan makan sehat di masa depan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan menyantap makanan dengan rasa bersalah (ilustrasi). Puasa intermiten tampaknya dapat memicu orang menjadi binge-eating di masa depan.
Foto:

Jendela makan

Temuan penelitian ini tidak mengejutkan Lauren Harris-Pincus, ahli gizi terdaftar yang telah berpraktik selama lebih dari 25 tahun di wilayah New York/New Jersey. Harris-Pincus sepakat bahwa puasa intermiten dapat mempromosikan kebiasaan tidak sehat dengan menekan isyarat lapar internal.

"Apa pun yang memaksa tubuh ke dalam pola makan yang tidak normal memiliki potensi gangguan makan," katanya dalam sebuah wawancara.

Beberapa ahli tidak menganggap puasa intermiten memiliki banyak manfaat penurunan berat badan jangka panjang dibandingkan pembatasan kalori standar.

"Jika Anda kelaparan pada pukul 11.00 tetapi harus menunggu sampai pukul 12.00 ketika 'jendela makan' Anda terbuka, itu agak konyol. Tidak masuk akal atau manjur untuk mengabaikan sinyal tubuh Anda demi sesuatu yang cukup aneh," ujar Harris-Pincus.

Sementara itu, ahli gizi terdaftar Tanya Freirich menuturkan bagi mereka yang sudah memiliki citra tubuh buruk, puasa intermiten dapat dengan mudah memicu gangguan makan. Namun, Freirich percaya puasa intermiten dapat menjadi gaya hidup yang sehat dan berkelanjutan bagi sebagian orang, terutama jika mereka makan pertama kali di pagi hari untuk mendorong aktivitas mereka dan menetapkan jendela makan delapan jam atau lebih.

Misalnya, sarapan pada pukul 08.00 dan makan malam pada pukul 18.00. Ini berarti orang memilki jendela makan 10 jam, dengan puasa 14 jam,

Di sisi lain, Freirich tidak merekomendasikan teknik ini untuk penderita diabetes, orang yang rentan terhadap tekanan darah rendah, dan ibu  hamil atau menyusui. Orang yang memiliki riwayat gangguan makan juga tak dianjurkan menjalani puasa intermiten.

Tanda-tanda peringatan gangguan makan

Freirich mengatakan mereka yang melakukan puasa intermiten harus berhati-hati dengan tanda bahaya yang mungkin membelokkan mereka ke perilaku makan yang tidak teratur. Contohnya, menjadi terlalu kaku tentang jam makan.

Orang mungkin merasa cemas, bersalah, atau malu jika mereka tidak dapat mengikuti batasan waktu. Tanda peringatan lainnya, adalah menarik diri dari acara sosial penting karena acara tersebut berlangsung di luar jendela makan yang ditentukan atau makan menjadi fokus pemikiran dominan bagi sebagian orang selama sepanjang hari.

Orang yang merasa sakit, lemas, atau pusing karena lapar juga berisiko mengalami gangguan makan. Tanda lain adalah mengonsumsi terlalu banyak selama waktu makan sehingga mereka merasa tidak nyaman kenyang atau kekenyanga, yang dapat mengindikasikan siklus pembatasan dan makan sebanyak-banyaknya, menurut Freirich.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement