REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dokter spesialis akupunktur Universitas Airlangga (Unair) Ario Imandiri mengatakan, terapi akupunktur dapat menjadi alternatif untuk membantu mengoptimalkan performa sistem reproduksi yang dapat menunjang penanganan infertilitasi. Infertilitas merupakan masalah kesuburan, dimana pasangan yang sudah menikah dan melakukan hubungan intim secara teratur selama satu tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi, namun belum juga hamil.
Ario pun menjelaskan manfaat serta peranan dari akupunktur untuk mengatasi permasalahan infertilitas. Menurutnya, infertilitas jika ditinjau dari pengobatan tradisional secara Traditional Chinese Medicine (TCM), tidak ada perbedaan spesifik dengan ilmu konvensional dan akan mendapat terapi sesuai dengan penyebabnya.
"Dalam TCM nantinya akan melihat sindrom dari pasien itu sendiri. Contoh dalam TCM ada sindrom defisiensi pada ginjal, defisiensi limpa, ekses api hati, dan sebagainya. Kemudian perawatan terapinya akan mengacu pada sindromnya," ujar Ario, Rabu (1/2/2023).
Ario mengatakan, teknik akupunktur dapat meningkatkan keberhasilan dari proses kehamilan berbantu seperti program bayi tabung atau IVF. Apalagi program bayi tabung sendiri tidaklah murah, dan bahkan ada yang beberapa kali masih gagal. Oleh karena itu perlu persiapan yang baik sedari awal. Dalam hal ini terapi akupunktur juga bisa membantu.
"Sejauh ini menurut pengalaman, untuk pasien yang datang dengan tujuan perawatan akupunktur sebagai persiapan untuk IVF, semuanya memiliki hasil yang bagus setelah diterapi akupunktur dan menunjukkan keberhasilan," ujarnya.
Ia menjelaskan, akupunktur memiliki beberapa manfaat. Bagi wanita, akupuntur dapat memperbaiki hormon reproduksi, mempersiapkan kualitas telur, dan kesiapan rahim. Untuk laki-laki, akupuntur dapat memperbaiki hormon reproduksi, meningkatkan stamina dan kualitas sperma, sehingga sperma bisa lebih baik lagi dan membuat kualitas janin akan menjadi lebih baik.
"Terapi juga bisa ditambahkan dengan metode tambahan seperti moksibusi dan elektrostimulator sebagai penunjang tambahan sesuai sindrom pasien," kata dia.
Terkait lama perawatannya, Ario menyarankan waktu 6 bulan sebelum dilakukannya proses kehamilan berbantu. "Jika kita hendak membuat atau merangsang suatu telur ataupun sperma, maka dari awal pembuatan di tubuh hingga siap untuk membuahi maka sperma atau telur membutuhkan waktu sebaiknya 6 bulan. Tapi minimalnya 3 bulan," ujarnya.
Selama menjalani terapi atau program penanganan infertilitas, pasien disarankan memperbaiki gaya hidup. Seperti menjaga nutrisi dan mengatur diet yang disesuaikan dengan sindrom, olahraga, menurunkan berat badan, berjemur jika pasien memiliki sindrom dingin, menghindari stres, serta mengatur pola tidur.