REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang digagas para ilmuwan di Columbia University Mailman School of Public Health bersama Earthjustice menemukan bahaya pada produk riasan mainan yang menyasar anak-anak di Amerika Serikat. Pasalnya, sejumlah produk berpotensi mengandung karsinogen dan bahan kimia beracun lainnya.
Hasil studi telah diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health yang ditinjau oleh rekan sejawat. Studi menemukan,79 persen orang tua mengatakan anak mereka yang berusia 12 tahun atau lebih muda menggunakan riasan dan produk tubuh yang dipasarkan untuk anak-anak.
Produk itu berupa glitter, cat khusus wajah, dan lip gloss. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa deretan produk tersebut kerap mengandung bahan kimia beracun, seperti timbal, asbes, bahan kimia sintetis PFAS, ftalat, dan formaldehida di dalamnya.
Bahan kimia beracun yang ditemukan dalam produk riasan dan tubuh anak-anak, seperti logam berat, sangat berbahaya jika memapar bayi dan anak-anak. Baik sengaja ditambahkan atau hadir sebagai kontaminan, bahan-bahan itu dikaitkan dengan efek kesehatan serius seperti kanker dan gangguan perkembangan saraf.
"Ada semakin banyak bukti bahan berbahaya yang sering dimasukkan dalam kosmetik, dan anak-anak lebih rentan secara biologis terhadap efek racunnya," kata pemimpin studi, Eleanor A Medley, dikutip dari laman Newswise, Sabtu (28/1/2023).
Menurut penelitian, sekitar 54 persen anak-anak yang disurvei menggunakan produk riasan dan tubuh itu setiap bulan. Sebanyak 12 persen menggunakan produk itu setiap hari, dan ada 20 persen yang menggunakan produk selama delapan jam atau lebih dalam sekali waktu.
Sepertiga dari mereka dilaporkan pernah menelan bagian dari produk secara tidak sengaja. Lebih dari sepertiga anak yang disurvei berasal dari keluarga beretnis Latin. Dibandingkan dengan kelompok ras lain, anak-anak Latin dilaporkan menggunakan produk lebih sering untuk bermain-main.
Kehadiran studi dilatari oleh niat beberapa negara bagian di AS, seperti New York dan Washington, untuk mempertimbangkan pengetatan peraturan konsumen seputar mainan, riasan, dan produk perawatan pribadi. Penulis senior studi, Julie Herbstman, sepakat dengan itu.
Herbstman yang merupakan profesor ilmu kesehatan lingkungan dan direktur Columbia Center for Children's Environmental Health di Columbia University Mailman School of Public Health mengatakan paparan produk berbahaya secara tak sengaja bisa terjadi lewat sentuhan kulit. Begitu juga pola perilaku seperti aktivitas tangan-ke-mulut.
"Selain itu, ukuran tubuh anak-anak yang kecil, tingkat pertumbuhan yang cepat, jaringan dan organ yang berkembang, serta sistem kekebalan yang belum matang membuat mereka secara biologis rentan terhadap efek racun," kata Herbstman.
Organisasi kepentingan publik Earthjustice yang terlibat dalam studi turut menyoroti pentingnya upaya melindungi konsumen muda dari bahan kimia beracun dalam riasan dan produk tubuh khusus anak-anak. Perwakilan Earthjustice, Lakedra Barajas, menganggap proteksi yang ada terhadap konsumen anak belum optimal.
"Temuan dari penelitian ini dapat membantu lembaga federal untuk lebih memahami bagaimana anak-anak menggunakan produk dan diharapkan akan memacu lembaga untuk bertindak melindungi anak-anak dari paparan bahan kimia beracun," ujar Barajas.