Kamis 19 Jan 2023 08:29 WIB

Anak Demam Disertai Ruam ? Hati-hati Campak

Penyakit campak berbeda dengan penyakit roseola.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin measles rubella kepada siswa SD kelas 1 saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Kegiatan imunisasi campak dan rubella yang menyasar 12.483 siswa SD di Denpasar tetap digelar pada masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan, untuk memutus transmisi virus campak dan rubella, menurunkan angka kesakitan serta menurunkan angka kejadian Congenital Rubella Syndrome (CSR).(ilustrasi)
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin measles rubella kepada siswa SD kelas 1 saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Kegiatan imunisasi campak dan rubella yang menyasar 12.483 siswa SD di Denpasar tetap digelar pada masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan, untuk memutus transmisi virus campak dan rubella, menurunkan angka kesakitan serta menurunkan angka kejadian Congenital Rubella Syndrome (CSR).(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kasus campak kembali meningkat di Tanah Air. Kejadian ini pun ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah. 

Dokter Spesialis Anak, dr. Arifianto mengatakan, campak ditandai dengan demam beberapa hari disertai batuk, pilek, mata merah diikuti ruam yang muncul setelah beberapa hari. Ruam muncul bertahap ketika demam masih ada.

Baca Juga

Arifin juga mengingatkan bahwa penyakit campak berbeda dengan penyakit roseola. Karena, roseola sering disalahartikan dengan campak.

Lebih dari separuh anak batita pernah mengalami roseola/eksantema subitum/sixth disease. Sakit ringan karena virus, dan itu sembuh sendiri dan tidak ada vaksinnya, biasanya demam 3-5 hari mereda dan muncul ruam.

"Sementara campak itu penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian, karena komplikasi seperti pneumonia (radang paru-sesak), dehidrasi (dengan/tanpa diare), kebutaan bahkan gangguan saraf permanen dan berakhir meninggal," terangnya dalam keterangan dikutip Kamis (19/1/2023). "Dan anak harus diisolasi, tidak boleh bertemu dengan orang lain setidaknya 14 hari," sambungnya.

Adapun, imunisasi campak saat ini dalam bentuk vaksin MR atau MMR dan MMRV terbukti efektif mencegah penyakit campak. Ia menilai kembali terjadinya wabah campak karena rendahnya cakupan imunisasi campak.

"Apabila curiga anak sakit campak dan membawanya ke dokter, saya mohon untuk sampaikan dulu kepada petugas agar tidak berlama-lama mengantri giliran konsultasi. Karena campak sangat menular! Paparan singkat dengan banyak orang berpotensi menular ke semua orang di ruang tunggu," tegasnya.

Perlu diketahui, ketika seseorang terkena campak, 90 persen orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular jika mereka belum memiliki kekebalan terhadap campak. Kekebalan terbentuk jika telah diimunisasi atau pernah terinfeksi virus campak sebelumnya.

Komplikasi dari campak yang dapat menyebabkan kematian adalah pneumonia (radang paru) dan ensefalitis (radang otak). Sekitar 1 dari 20 penderita campak akan mengalami komplikasi radang paru dan 1 dari 1.000 penderita akan mengalami komplikasi radang otak. Selain itu, komplikasi lain adalah infeksi telinga yang berujung tuli (1 dari 10 penderita), diare (1 dari 10 penderita) yang menyebabkan penderita butuh perawatan di RS.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sampai Desember 2022 sudah ada 3341 kasus yang dilaporkan di 223 kabupaten dan kota dari 31 provinsi. "Jadi , sudah 31 Provinsi yang melaporkan. Saya meminta semua untuk waspada dengan penyakit Campak ini," ujar Nadia saat dikonfirmasi, Kamis (19/1/2023).

 

photo
Penyakit campak - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement