REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran Harry dinilai telah menempatkan istrinya Meghan Markle dan kedua anaknya dalam bahaya setelah membuat klaim melalui memoar Spare bahwa dirinya telah membunuh 25 anggota Taliban. Hal tersebut diingatkan oleh pakar keamanan SAS Hero, Andy McNab.
Menurut McNab, Duke of Sussex telah membuat dirinya dan keluarganya menjadi salah satu risiko keamanan utama dunia. McNab mengatakan pernyataan Harry soal Taliban tidak bijaksana.
"Seperti yang telah kita lihat selama beberapa dekade, ekstremis tidak peduli bagaimana mereka mencapai target selama mereka melakukannya," ujar McNab, seperti dilansir laman Express, Ahad (8/1/2023).
Akibatnya, Duke akan menghadapi konsekuensi biaya sebesar 5,5 juta pound (Rp 10 miliar) per tahun untuk perlindungan sepanjang waktu yang diperlukan untuk menjaganya, istri, dan anak-anaknya. Komentarnya tentang jumlah orang yang telah dibunuhnya sebagai pilot helikopter tempur Inggris di Afghanistan telah memicu kemarahan di seluruh penjuru Timur Tengah.
Hal memicu ancaman pembunuhan daring terhadapnya dan bangsawan Inggris lainnya. Pangeran berusia 38 tahun itu menulis dalam memoarnya yang mengejutkan bahwa membunuh 25 personel Taliban semudah mengambil bidak catur dari papan.
Harry dua kali dikirim ke Afghanistan. Tugas pertama sebagai pengontrol udara depan pada 2007/2008. Kemudian tugas kedua pada 2012 sebagai co-pilot penembak di helikopter serang Apache.
"Ketika saya menemukan diri saya tenggelam dalam panas dan kebingungan pertempuran, saya tidak menganggap 25 orang itu sebagai manusia. Mereka adalah bidak catur yang dikeluarkan dari papan. Orang jahat harus dimusnahkan sebelum mereka bisa membunuh orang baik," ujar Harry dalam bukunya.
McNab, seorang mantan tentara SAS, menjadi penulis sejak menyamar di Irlandia Utara pada 1980-an. Ia mengatakan Harry sudah menjadi target bernilai tinggi untuk tugasnya di Afghanistan.
Penulis Bravo Two Zero berusia 63 tahun itu menyebutkan mengobral cerita tentang pembunuhan anggota Taliban tidak akan dilupakan oleh para penguasa Afghanistan saat ini. McNab lantas menyamakannya dengan penusukan penulis Satanic Verses Salman Rushdie di New York, AS pada musim panas lalu. Itu terjadi 34 tahun setelah Iran mengeluarkan fatwa yang menghalalkan kematiannya.
"Mereka memiliki kenangan panjang dan mereka jelas memiliki orang-orang di AS. Harry telah menjadikan dirinya lebih sebagai target, dan ancaman terhadapnya harus ditanggapi dengan serius di mana-mana sekarang," ujar McNab.
Komentar Pangeran Harry juga membuat marah para pemimpin militer. Seorang jenderal yang memimpin pasukan di Afghanistan mencapnya menjijikkan dan sama sekali tidak perlu. Kolonel Richard Kemp menuduh Harry menikam rekan-rekannya dari belakang.
"Komentar Harry menyiratkan bahwa Army atau Angkatan Darat mengondisikan tentara untuk melihat bidak catur dikeluarkan," ujar Kolonel Richard Kemp.
"Kenyataannya adalah bahwa Angkatan Darat tidak melatih prajurit untuk menganggap siapa pun di medan perang sebagai bidak catur. Dan ucapan itu adalah tikaman dari belakang bagi mereka yang berjuang bersamanya."
Mantan kepala Navy, Laksamana Lord West memperingatkan Harry telah membahayakan keamanan di Invictus Games bulan September. "Pertandingan itu sangat identik dengannya dan jadi saya akan berpikir tingkat ancaman di sana pasti akan lebih tinggi. Akan ada masalah keamanan yang serius karena apa yang dia katakan."