Mattingly memperkirakan sekitar sepertiga dari orang dewasa di dunia mengalami masalah tidur dalam beberapa skala. Jika satu dari tiga orang tidak cukup tidur, itu berarti banyak yang beralih ke cara lain untuk mengatasi kelelahan.
Studi tersebut juga menemukan ketika partisipan terbangun secara alami, tanpa bantuan alarm, mereka tidur lebih lama dan mengonsumsi lebih sedikit kafein. Mattingly menambahkan, ketika seseorang bisa tidur selama yang diinginkan, tubuh mengalami respons stres tepat sebelum bangun.
Respons fisiologis itu berkontribusi pada perasaan waspada ketika seseorang bangun. Mengganggu siklus tidur alami dengan alarm dapat menyebabkan inersia tidur, yakni perasaan lelah atau pening.
"Ketika seseorang bangun dari kondisi tidur rapid eye movement (REM), otak hampir sepenuhnya terjaga. Tingkat hormon yang beredar pada tahap itu akan berbeda dari saat Anda tidur nyenyak," ucap Mattingly, dikutip dari laman Express, Selasa (13/12/2022).