REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski memiliki gen yang sama, sepasang anak kembar bisa mengalami masalah kesehatan yang berbeda di usia tua. Salah satu faktor yang memicu perbedaan ini adalah kebiasaan berolahraga.
"Temuan (dalam studi terbaru) menguak sebuah mekanisme molekuler mengenai hubungan antara aktivitas fisik dan penyakit metabolik," jelas peneliti dan ahli biologi dari Washington State University, Michael Skinner, seperti dilansir WebMD.
Studi terbaru ini melibatkan 70 pasangan saudara kembar identik sebagai partisipan. Selama studi berlangsung, tim peneliti melakukan pemantauan terhadap aktivitas fisik para partisipan melalui fitness tracker atau pemantau kebugaran. Di samping itu, tim peneliti mengambil sampel dari para partisipan melalui swab.
Sepanjang 2012-2019, tim peneliti juga mengumpulkan sejumlah data dari para partisipan. Sebagian di antaranya adalah data mengenai ukuran lingkar pinggang dan indeks massa tubuh para partisipan. Selain itu, para partisipan juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai gaya hidup dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Hasil studi menunjukkan bahwa banyak pasangan saudara kembar identik yang memiliki perbedaan dalam tingkat aktivitas fisik dan juga indeks massa tubuh. Tak sedikit pula pasangan saudara kembar yang memiliki perbedaan akses kemudahan berjalan kaki di lingkungan tempat tinggal mereka.
Tim peneliti juga menemukan bahwa individu yang lebih aktif bergerak memiliki tanda penyakit metabolik yang lebih rendah dibandingkan saudara kembarnya. Tanda penyakit metabolik ini diukur melalui ukuran lingkar pinggang dan indeks massa tubuh.
Perbedaan aktivitas fisik pada pasangan saudara kembar juga turut memicu perbedaan pada epigenom mereka. Epigenom ialah proses molekuler yang mempengaruhi ekspresi gen.
Berdasarkan studi, individu yang melakukan olahraga lebih dari 150 menit per pekan memiliki perubahan epigenetik. Perubahan epigenetik ini berkaitan dengan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang yang lebih kecil.
Indeks massa tubuh dan lingkar pinggang yang besar merupakan salah satu kriteria dari sindrom metabolik. Mengacu pada Mayo Clinic, sindrom metabolik merupakan sebuah klaster kondisi yang terjadi secara bersamaan dan dapat meningkatkan peluang terjadinya penyakit jantung, strok, dan diabetes tipe 2.
Menurut tim peneliti, temuan ini menekankan bahwa risiko masalah kesehatan seseorang di masa mendatang tak hanya dipengaruhi oleh faktor biologi. Faktor lingkungan dan kebiasaan hidup juga memiliki peran yang signifikan dalam menentukan risiko penyakit tiap individu. Temuan terbaru ini telah dipublikasikan secara daring dalam Scientific Reports.
"Bila hanya sekuens DNA dan gen saja yang menjadi faktor pendorong, maka seharusnya saudara kembar akan memiliki penyakit yang sama, tetapi nyatanya mereka tak (memiliki penyakit yang sama)," ujar Skinner.