Rabu 07 Dec 2022 00:10 WIB

Buka Signing Store Pertama, Pelanggan Bisa Pesan Kopi Starbucks tanpa Bicara

Pelanggan Starbucks bisa memesan kopi dengan menggunakan bahasa isyarat.

Starbucks Signing Store pertama di Indonesia.
Foto: Republika/Nora Azizah
Starbucks Signing Store pertama di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika datang ke sebuah kedai kopi, kita akan disodorkan menu dan memesan kopi dengan berbicara langsung pada barista. Namun, bagaimana bila memesan kopi harus dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat?

Pengalaman ini bisa dirasakan langsung penggemar kopi Starbucks. Dengan membuka Signing Store pertama di Indonesia, tepatnya di Starbucks Community Store Tata Puri Dukuh Atas, Jakarta, pelanggan bisa merasakan pengalaman berbeda untuk menikmati secangkir kopi.

Baca Juga

Kedai bahasa isyarat pertama ini memang memperkerjakan para barista tuna rungu. Untuk memesan kopi, pelanggan memang diharuskan bisa menggunakan bahasa isyarat yang biasa digunakan para tuna rungu.

Meski demikian, kedai kopi ini tidak hanya diperuntukan bagi komunitas tuna tungu saja. Pelanggan lain tetap bisa memesan. 

Tidak bisa menggunakan bahasa isyarat? Tenang saja, Starbucks menyediakan papan tulis digital yang bisa dipakai pelanggan sebagai alat berkomunikasi dengan para barista. 

Pemimpin PT Sari Coffee Indonesia, pemegang lisensi resmi merek Starbucks di Indonesia, Anthony McEvoy, mengatakan, Starbucks Signing Store pertama di Indonesia sudah disiapkan sejak satu tahun lalu. Tantangan yang dihadapi juga beragam, di antaranya menyiapkan sistem kedai yang lain dari biasanya, hingga staf yang harus belajar bahasa isyarat.

"Tim harus bisa belajar bahasa isyarat, ini tantangan terbesarnya," ujar Anthony, dalam pembukaan Starbucks Signing Store Tata Puri, akhir pekan lalu.

Anthony juga mengatakan, kedai di Tata Puri juga dipilih karena letaknya yang strategis. Starbucks Tata Puri berada dekat dari Stasiun MRT, Stasiun Sudirman, hingga Halte TransJakarta Dukuh Atas.

Starbucks Signing Store pertama di Indonesia juga ditujukan sebagai pembuktian para komunitas tuna rungu. Meski memiliki kendala mendengar dan berbicara, mereka tetap bisa bekerja dengan baik.

Kedai kopi dengan mengedepankan bahasa isyarat juga membuktikan bahwa kopi bisa dinikmati dan disukai siapa saja tanpa mengenal status. Bahkan, rasa secangkir kopi yang dipesan tetap bisa tersampaikan tanpa harus mengucapkan kata-kata.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement