Ahad 20 Nov 2022 07:27 WIB

Dompet Dhuafa akan Putar Film Tegar di 20 Kota

Dompet Dhuafa Volunteer membangun kepedulian publik terhadap penyandang disabilitas.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Sutradara, produser, dan para pemain film Tegar, dalam gala premiere yang digelar di XXI Epicentrum Jakarta, Jumat (18/11/2022)
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Sutradara, produser, dan para pemain film Tegar, dalam gala premiere yang digelar di XXI Epicentrum Jakarta, Jumat (18/11/2022)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa kembali menunjukan dukungan mereka bagi kaum yang membutuhkan, termasuk para penyandang disabilitas. Kali ini, Dompet Dhuafa mendukung kesuksesan film Tegar yang diperankan oleh anak usia 10 tahun penyandang disabilitas, M Aldifi Tegarajasa.

“Karena memang gerakan di Dompet Dhuafa Volunteer tahun ini (hingga sepanjang 2023) dalam gerakan inklusi. Kaum inklusi ini ada lansia, ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), dan disabilitas,” ujar Ketua Dompet Dhuafa Volunteer, Fajar Firmansyah, saat ditemui Republika.co.id dalam gala premiere Tegar di XXI Epicentrum Jakarta, Jumat (18/11/2022).

Baca Juga

Film Tegar menjadi momentum gerbang dimulainya program Dompet Dhuafa Volunteer untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Apalagi film Tegar memberi ruang bagi pemain dan kru penyandang disabilitas untuk berkarya.

“Kami dukung film baik ini untuk ada di layar Indonesia dengan mengadakan pemutaran film di 20 kota di seluruh Indonesia, bersama 1.000 relawan dan 2.000 anak yatim, dhuafa, dan penyandang disabilitas, untuk menonton film baik ini,” kata Fajar.

Dompet Dhuafa Volunteer akan mengajak mereka yang tidak punya bajet untuk menonton secara gratis. Saat rilis pada 24 November 2022, maka pemutaran film keliling itu akan dimulai juga.

Karakter utama dalam film Tegar adalah anak dari keluarga berada. Tetapi Tegar (M Aldifi Tegarajasa) hanya diizinkan bermain di rumah saja bersama sang kakek (Deddy Mizwar) dan pengasuh Teh Isy (Joanita Chatarine).

Ibunya, Wida (Sha Ine Febriyanti), sengaja tidak membolehkan Tegar keluar rumah karena khawatir anaknya itu diolok-olok. Tegar juga tidak disekolahkan. Meskipun demikian, dia mendalami dunia lukis sehingga lukisannya sangat bagus. Film ini memperlihatkan bagaimana seorang penyandang disabilitas memiliki mimpi sederhana yakni ingin bisa melakukan hal biasa dan sederhana yang mudah dikerjakan bagi orang normal. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement