REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi Covid-19 yang berulang dapat mematikan atau menyebabkan konsekuensi kesehatan yang parah, termasuk kegagalan organ. Hal itu diungkap dalam studi baru yang digagas Fakultas Kedokteran Universitas Washington dan Sistem Perawatan Kesehatan Veteran St Louis.
Tim periset menemukan bahwa orang yang telah terinfeksi virus berkali-kali menjadi dua kali lebih mungkin meninggal dunia. Individu yang sama juga tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit selama penyakit awal mereka untuk jangka panjang daripada yang hanya terinfeksi sekali.
Temuan yang terbit di Nature Medicine itu menyoroti pula bahwa pasien infeksi ulang tiga kali lebih mungkin mengembangkan kondisi jantung. Mereka 3,5 lebih rentan mengembangkan masalah paru-paru dan 1,6 kali lebih rentan mengalami gangguan otak.
Orang yang pernah mengalami infeksi ganda juga memiliki risiko kematian dua kali lipat, serta berisiko mengidap long Covid. Ada juga peningkatan tiga kali lipat risiko gangguan pembekuan darah. Analisis itu terlepas dari status vaksinasi dan booster.
Penulis senior studi, Ziyad Al-Aly, bersama timnya menganalisis 5,8 juta rekam medis elektronik dalam basis data perawatan kesehatan nasional Departemen Urusan Veteran. Itu mencakup basis data pasien dari semua ras, usia, dan jenis kelamin, termasuk orang-orang yang belum pernah terinfeksi.
Dari jumlah itu, 443.588 pernah mengidap Covid-19 sebanyak satu kali. Ada 40.947 orang yang mengalami infeksi berulang. Studi juga memperhitungkan varian delta dan omicron. Terungkap bahwa peserta yang pernah terinfeksi omicron bisa mengalami dua atau tiga kali infeksi Covid-19.
Al-Aly yang juga seorang ahli epidemiologi klinis di Universitas Washington merekomendasikan masyarakat untuk mendapatkan booster vaksin bagi yang belum. Dia menyarankan untuk sebisa mungkin menghindari infeksi berulang dengan protokol kesehatan ketat.
Kepala penelitian dan pengembangan di Sistem Perawatan Kesehatan VA St Louis itu mengatakan infeksi kedua, ketiga, atau lebih lanjut dapat menyebabkan komplikasi kesehatan seperti yang bisa terjadi pada infeksi pertama. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa penelitian yang menggunakan rekam medis elektronik tidak memprediksi hubungan kausal.
"Mengidap Covid-19 untuk kedua kalinya hampir seperti Anda mencoba kesempatan lagi dengan "rolet Rusia". Anda mungkin bisa menghindari peluru untuk pertama kalinya, tetapi setiap kali Anda terkena infeksi, Anda mencoba keberuntungan Anda lagi," ujar Al-Aly.
Pakar spesialis penyakit menular di University of California di San Francisco, Monica Gandhi, merujuk ke penelitian lain soal infeksi ulang Covid-19 yang menunjukkan bahwa kondisinya menjadi kurang parah dari waktu ke waktu. Gandhi tidak terlibat dalam penelitian yang digagas Al-Aly.
Studi lain yang dirujuk Gandhi menemukan pemeriksaan pasien dengan riwayat vaksinasi yang berbeda lebih lanjut menemukan bahwa infeksi ulang cenderung tidak berkembang menjadi hasil yang parah, kritis, atau fatal. Namun studi-studi tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Gandhi juga mengungkapkan bahwa ada penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi, infeksi ulang, vaksinasi, dan booster memperluas dan mendiversifikasi komponen sistem kekebalan. "Membuat orang lebih mampu merespons subvarian terbaru saat kita terus hidup dengan Covid-19," ungkap Gandhi, dikutip dari laman Greek Reporter, Sabtu (19/11/2022).