Jumat 04 Nov 2022 00:35 WIB

DK PBB Tolak Seruan Rusia Selidiki AS Soal Senjata Biologis di Ukraina

Rusia sebut Barat menunjukkan dalam segala hal bahwa hukum tidak berlaku untuk mereka

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Dewan Keamanan PBB telah menolak resolusi rancangan Rusia berisi seruan penyelidikan dugaan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam pengembangan senjata biologis di Ukraina.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Dewan Keamanan PBB telah menolak resolusi rancangan Rusia berisi seruan penyelidikan dugaan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam pengembangan senjata biologis di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Dewan Keamanan PBB telah menolak resolusi rancangan Rusia berisi seruan penyelidikan dugaan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam pengembangan senjata biologis di Ukraina. Moskow secara resmi meminta adanya pengusutan terkait dugaan tersebut pekan lalu.

Dalam pemungutan suara pada Rabu (2/11/2022), rancangan resolusi Rusia memperoleh dua dukungan, yakni dari China dan Rusia sendiri. Tiga negara lainnya, yaitu Prancis, AS, dan Inggris menolaknya. Sementara 10 negara lain yang merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB memilih abstain.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy menyesalkan hasil pemungutan suara tersebut. “Negara-negara Barat menunjukkan dalam segala hal bahwa hukum tidak berlaku untuk mereka. Ini adalah mentalitas kolonial yang biasa kami alami dan kami bahkan tidak terkejut dengan hal itu,” ucapnya.

Polyanskiy berjanji, isu tentang dugaan keterlibatan AS dalam pengembangan senjata biologis di Ukraina akan kembali dikemukakan di Biological Weapons Convention yang diagendakan digelar di Jenewa, Swiss pada 28 November hingga 16 Desember mendatang.

Sementara itu Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, negaranya menentang rancangan resolusi Rusia karena hal itu didasarkan pada disinformasi, ketidakjujuran, dan iktikad buruk. “(Rancangan resolusi) ini adalah tonggak untuk penipuan dan kebohongan. Tidak ada yang membelinya kecuali Cina,” ujarnya.

Pada Maret lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengklaim, pihaknya memiliki dokumen yang menunjukkan Kementerian Kesehatan Ukraina telah memerintahkan penghancuran sampel wabah, kolera, antraks, dan patogen lainnya. Perintah penghancuran dirilis sebelum Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Zakharova mengungkapkan, dokumen yang digali pasukan Rusia di Ukraina memperlihatkan upaya darurat untuk menghapus bukti program biologis militer. Pentagon dituduh membiayai kegiatan tersebut. AS segera membantah tuduhan yang menyebutnya mengoperasikan laboratorium biologis-militer di Ukraina. “Tuduhan Rusia itu tak masuk akal, menggelikan,” kata juru bicara Pentagon John Kirby pada 9 Maret lalu.

Namun dia menekankan, AS tak terpengaruh dengan tuduhan tersebut merupakan propaganda klasik Rusia. Di bulan yang sama, Presiden AS Joe Biden menuding balik Rusia dengan menyebutnya merencanakan penggunaan senjata kimia dan biologis di Ukraina. Dia memperingatkan, Moskow akan menerima konsekuensi berat dari Barat jika melakukan hal tersebut.

Biden mengatakan, Rusia telah menuding Ukraina memiliki senjata biologis dan kimia. “Itu tanda yang jelas bahwa dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) mempertimbangkan untuk menggunakan keduanya,” ujarnya dalam pertemuan para pemimpin bisnis di Washington pada 21 Maret lalu.

Biden pun membantah tuduhan Putin yang menyebut AS memiliki senjata kimia dan biologis di Eropa. “Tidak benar (tuduhan Putin). Saya jamin pada kalian,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement