Sabtu 29 Oct 2022 01:00 WIB

Psikiater: Atasi Stres dengan Gaya Hidup Sehat

Psikiater mengatakan stres bisa diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Psikiater mengatakan stres bisa diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat. Ilustrasi.
Foto: www.freepik.com.
Psikiater mengatakan stres bisa diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Psikiater dari RSPUN Cipto Mangunkusumo, Gina Anindyajati, mengatakan stres bisa diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola diet sehat, pola tidur berkualitas, aktivitas fisik, dan keterampilan berpikir rasional.

"Mencegah stres yang berkepanjangan bisa kita atasi dengan menerapkan gaya hidup sehat. Yang termasuk dalam gaya hidup sehat adalah pola diet sehat, tidur yang cukup dan berkualitas, aktivitas fisik yang rutin, dan kemampuan berpikir yang rasional," kata Gina dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang digelar daring oleh Puskesmas Ciracas Jakarta Timur, diikuti dari Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Baca Juga

Gina menjelaskan, pola diet sehat yang dimaksud salah satunya dengan mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan yang tinggi kadar gula dan lemak karena akan melepaskan radikal bebas yang bersifat racun. Menurutnya, radikal bebas sebenarnya bisa dibuang jika sistem metabolisme dalam tubuh berjalan normal.

Namun, ia mengingatkan bahwa kemampuan metabolisme tubuh terbatas. Oleh karena itu makanan olahan dan makanan yang tinggi lemak dan gula sebaiknya juga dibatasi.

"Kemampuan metabolisme tubuh kita itu terbatas. Akhirnya, radikal bebas yang harusnya dibuang jadi tidak bisa dibuang. Kemudian menimbulkan efek beracun yang disebut stres oksidatif yang mempengaruhi organ terutama otak kita," kata Gina.

"Stres oksidatif berkepanjangan akan memengaruhi cara kerja otak sehingga orang tersebut menjadi lebih rentan mengalami gangguan jiwa seperti skizofrenia, bipolar, maupun depresi," ujar dia.

Di samping diet gula, lemak, dan makanan olahan, Gina juga mengatakan penting untuk mengonsumsi makanan sumber antioksidan seperti jambu, sirsak, jeruk, brokoli, wortel, tomat, kunyit, teh hijau, bawang putih, dan kayu manis. Ia juga merekomendasikan tidur cukup yakni 7-8 jam per hari. Kurangnya jam tidur, kata dia, akan mengubah mekanisme kerja daya tahan tubuh sehingga dia akan menyebabkan peradangan yang kronis, peningkatan risiko penyakit kardiometabolik, kanker, autoimun, dan neurodegeneratif.

Gina juga menyarankan untuk menghindari penggunaan gawai di malam hari terutama sebelum tidur. Menurutnya, paparan cahaya di malam hari dapat mengganggu ritme sirkadian sehingga mengakibatkan peningkatan risiko kanker, difsungsi metabolisme, dan gangguan suasana hati.

Kemudian, Gina mengatakan aktivitas fisik juga menjadi hal yang sangat penting. Ia menjelaskan, kurang gerak atau hanya duduk selama lebih dari delapan jam per hari akan meningkatkan risiko peradangan kardiovaskular, obesitas, diabetes, serta gangguan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya. Adapun aktivitas yang ia rekomendasikan adalah jalan kaki ringan, jogging, bersepeda, berenang, serta aktivitas relaksasi seperti yoga dan tai chi.

Selain itu, pola pikir yang rasional juga penting untuk mengatasi stres. Menurutnya, pemikiran yang tidak rasional cenderung dianggap sebagai ancaman sehingga emosi yang muncul adalah emosi negatif.

"Sebagai manusia, kita cenderung punya pikiran yang otomatis bersifat negatif. Tugas kita adalah belajar mengenali," kata Gina.

"Setiap ada kejadian, ada pikiran yang muncul, cek pada diri sendiri, pikiran saya benar atau enggak, sesuai kenyataan atau enggak. Kalau enggak, sebetulnya seperti apa. Pikiran baru inilah yang akan membuat kita menjadi lebih baik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement