REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi berskala besar menunjukkan bahwa menurunkan tekanan darah bisa menekan risiko demensia. Istilah demensia merujuk pada sekelompok kondisi yang ditandai dengan penurunan fungsi otak hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Metaanalisis yang diterbitkan dalam European Heart Journal tersebut mengacu pada data uji klinis dari 28.008 peserta di 20 negara. Hasil temuannya telah memperkuat hubungan antara penurunan tekanan darah dengan pengurangan risiko demensia.
"Kita tahu bahwa tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko demensia, terutama tekanan darah tinggi di usia paruh baya, katakanlah usia 40 hingga 65 tahun," kata penulis utama studi, Ruth Peters, profesor di University of New South Wales (UNSW), Australia.
Akan tetapi, ada beberapa ketidakpastian tentang kemungkinan menurunkan tekanan darah, terutama pada orang dewasa yang lebih tua, akan mengurangi risiko demensia. Para peneliti di studi terbaru berusaha mengungkap keterkaitan antara kedua hal itu.
Peters yang merupakan pemimpin program demensia dalam Inisiatif Kesehatan Otak Global George Institute menjelaskan, dia dan timnya menggabungkan lima uji klinis berkualitas tinggi menjadi satu kumpulan data. Menggunakan data yang ada, tim peneliti melihat hubungan antara tablet penurun tekanan darah (antihipertensi) dan demensia.
Para peserta yang berasal dari 20 negara berbeda tersebut rata-rata berusia 69 tahun. Kondisi para peserta ditindaklanjuti empat tahun setelah melakukan uji coba pertama. Partisipan yang menggunakan antihipertensi memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk didiagnosis dengan demensia dibandingkan mereka yang menggunakan plasebo.
Menurut laporan Commission on Dementia terbitan 2020 di The Lancet, pengobatan untuk hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah satu-satunya obat pencegahan yang efektif untuk demensia. Metode lain untuk mengurangi risiko ialah gaya hidup dan intervensi pengaruh lingkungan.
"Saya berharap ini memperkuat pentingnya kontrol tekanan darah untuk kesehatan otak, tapi ini bukan hanya soal menurunkan tekanan darah, melainkan harus dilihat dalam konteks gaya hidup sehat," ungkap Peters.