Selasa 25 Oct 2022 19:22 WIB

Perlu Cek Ureum-Kreatinin untuk Tegakkan Diagnosis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal

Dokter RSCM ungkap pasien gangguan ginjal akut datang dalam kondisi tak bisa kencing.

Anak sakit (ilustrasi). Pada kasus yang ditemui di RSCM, pasien cilik datang sudah dalam keadaan tidak ada urine sehingga dokter tidak dapat melakukan pemeriksaan kristal kalsium oksalat. Pemeriksaan kadar ureum-kreatinin pun diperlukan untuk menegakkan diagnosis gangguan ginjal akut progresif atipikal.
Foto: www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Pada kasus yang ditemui di RSCM, pasien cilik datang sudah dalam keadaan tidak ada urine sehingga dokter tidak dapat melakukan pemeriksaan kristal kalsium oksalat. Pemeriksaan kadar ureum-kreatinin pun diperlukan untuk menegakkan diagnosis gangguan ginjal akut progresif atipikal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo dr Eka Laksmi Hidayati SpA(K) mengatakan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dapat dilakukan tenaga kesehatan dalam menegakkan diagnosis gangguan ginjal akut progresif atipikal.

Ia menjelaskan sebetulnya pemantauan jumlah urine cukup akurat sebagai salah satu kriteria dalam mendiagnosis acute kidney injury (AKI).

Baca Juga

"Tetapi bila tidak bisa memeriksakan secara akurat betul-betul hitungan (urine) mililiternya, maka kita harus melakukan pemeriksaan ureum-kreatinin," kata dr Eka dalam webinar medis "Kewaspadaan dan Deteksi Dini Gangguan Ginjal Akut Atipikal pada Anak" di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Menurut dr Eka, temuan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA)/acute kidney injury progresif atipikal di RSCM menunjukkan mayoritas para pasien mengalami peningkatan kadar urine-kreatinin yang tinggi. Pada anak usia satu hingga 17 tahun, normalnya kadar ureum antara tujuh hingga 20 mg/dL.

Melalui pemeriksaan darah, kreatinin bayi normalnya berkisar antara 0,3 – 1,2 mg/dL. Lalu, pada balita, kadar normalnya 0,2 – 0,4 mg/dL dan pada anak  0,3 – 0,7 mg/dL.

"(Pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal di RSCM) tertinggi itu 400 ureumnya dan kreatinin itu 15. Padahal, kita ingat bahwa ini adalah pasien-pasien kecil yang usianya kurang dari lima tahun dengan ureum kreatinin yang demikian tinggi," kata dr Eka.

Dr Eka menjelaskan tim ahli telah melakukan berbagai penelusuran penyebab gangguan ginjal akut progresif atipikal. Pada akhirnya, mereka mencurigai intoksikasi senyawa etilen glikol (EG), merujuk pada kepustakaan dan kasus yang terjadi di Gambia, Afrika Barat.

Menurut dr Eka, biasanya pasien dengan intoksikasi etilen glikol menunjukkan kristal kalsium oksalat dalam urine. Namun, pada kasus yang ditemui di RSCM, dr Eka mengatakan pasien datang dalam keadaan tidak ada urine sehingga pihaknya tidak dapat melakukan pemeriksaan kristal kalsium oksalat.

"Umumnya akan ada kristal, tapi kristal ini pada pasien kami sulit dikerjakan karena pasien-pasien memang datang dalam kondisi tidak ada urine yang bisa kami periksakan. Biasanya bila ada kristal, dia (kristal kalsium oksalat) akan bisa bertahan enam hingga 10 hari," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement