Sabtu 22 Oct 2022 02:16 WIB

Mengapa Perempuan di Atas 50 Tahun Lebih Rentan Kena Osteoporosis?

Osteoporosis disebut silent disease karena tidak menimbulkan gejala.

Lansia (ilustrasi). Osteoporosis berisiko terjadi pada perempuan di atas 50 tahun atau lebih dari 60 tahun yang sudah menopause karena berkaitan dengan penurunan level hormon estrogen yang berpotensi terjadinya penurunan massa tulang.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis bedah tulang Oryza Satria mengatakan perempuan yang memasuki usia di atas 50 tahun dan sudah mengalami menopause lebih rentan mengalami osteoporosis. Terlebih, jika orang tersebut memiliki massa tulang yang rendah.

"Apalagi kalau di masa mudanya orang-orang itu kurang aktivitas fisik, kemudian indeks kalsium dan proteinnya itu kurang, di bawah rekomendasi," kata dokter dari RSUP Fatmawati itu dalam bincang virtual, dikutip Jumat (21/10/2022).

Baca Juga

Dr Satria mengatakan kondisi osteoporosis berisiko terjadi pada perempuan di atas 50 tahun atau lebih dari 60 tahun yang sudah menopause karena berkaitan dengan penurunan level hormon estrogen yang berpotensi terjadinya penurunan massa tulang. Massa tulang yang rendah dapat meningkatkan seseorang mengalami osteoporosis.

Dr Satria menyebut bahwa kepadatan tulang tertinggi seseorang terjadi di antara usia 20 sampai 40 tahun. Oleh sebab itu, orang dewasa seharusnya bisa mencapai massa tulang yang maksimal di periode emas tersebut sehingga dapat terhindar dari osteoporosis di masa tua.

"Kalau bisa, sebisa mungkin kita harus mencapai big bone mass di usia itu sebagai "tabungan" kita nanti di masa tua," ujarnya.

Penurunan kepadatan tulang tidak akan terhindarkan, terutama pada wanita usia 50-60 tahun ke atas yang sudah mengalami menopause. Dr Satria menganjurkan agar seorang perempuan yang berusia di atas 50 tahun, apalagi di atas 60 tahun, dan sudah menopause untuk skrining atau memeriksakan kondisi kepadatan tulang (bone density test atau bone mineral density test).

Pemeriksaan kepadatan tulang akan melibatkan tulang belakang, tulang panggul, dan tulang tangan. Dari situ, dokter akan menilai normal-tidaknya dan kesesuaiannya dengan usia.

"Apakah osteopenia atau kepadatan tulangnya rendah, apakah osteoporosis. Nanti tergantung dokternya mau memberikan terapi apa," jelas dr Satria.

Orang yang mengalami patah tulang pada pergelangan tangan di usia lebih dari 50 tahun juga direkomendasikan untuk menjalani skrining. Patah tulang pada pergelangan tangan di atas usia 50 tahun dapat menjadi prediktor terjadinya patah tulang di bagian lain seperti tulang belakang dan tulang panggul yang berkaitan dengan osteoporosis.

"Jadi tujuan skrining itu adalah mengetahui faktor risiko," kata dr Satria.

Lebih lanjut, dr Satria juga mengingatkan agar orang menjaga diri agar tidak sampai jatuh. Kondisi rumah dan tempat kerja harus dimodifikasi jika sudah terdeteksi terjadinya osteoporosis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement