Senin 17 Oct 2022 19:55 WIB

DBD Miliki Spektrum Perjalanan Gejala yang Unik, Kenali Tiga Fase Penyakitnya

Fase kedua DBD merupakan tahap kritis.

Petugas Kecamatan Mampang Prapatan melakukan pengasapan di Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (5/10/2022). DBD bisa pula terjadi ketika pasien mengalami kondisi bergejala ringan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas Kecamatan Mampang Prapatan melakukan pengasapan di Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (5/10/2022). DBD bisa pula terjadi ketika pasien mengalami kondisi bergejala ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) memiliki spektrum perjalanan gejala yang unik. Demam tinggi akan terjadi secara mendadak pada penderitanya.

"Kalau sudah sakit, kalau sudah demam, demamnya akut dan mendadak, bisa terjadi antara dua hingga tujuh hari," kata dokter spesialis penyakit dalam sub-spesialis penyakit tropis infeksi Erni J Nelwan dalam webinar "Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan" yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

Dr Erni menyebutkan bahwa terdapat tiga fase yang harus dihadapi pasien saat tertular DBD. Pertama adalah fase demam berat yang cepat di mana biasanya terjadi selama dua sampai dengan tujuh hari.

Penderita demam berdarah akan mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celsius. Keluhan itu disertai pula gejala seperti sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi; mual dan muntah, sakit di belakang mata, dan muncul ruam di kulit.

Kemudian tahap kedua merupakan tahap kritis, gejala klinis pada pasien tampak seakan membaik dan hilang. Namun, pada masa itu, dapat terjadi penurunan drastis jumlah trombosit menyebabkan kebocoran plasma dan shock dan atau akumulasi cairan dengan gangguan pernapasan, perdarahan kritis, dan kerusakan organ.

Demam berdarah yang parah terjadi ketika pembuluh darah pasien menjadi rusak dan bocor dan jumlah trombosit dalam aliran darah turun. Kondisi ini dapat ditandai adanya sakit perut parah, muntah terus-menerus, pendarahan dari gusi atau hidung, ada darah dalam urine, tinja, atau muntah, adanya perdarahan di bawah kulit yang mungkin terlihat seperti memar, pernapasan yang sulit atau cepat, dan kelelahan.

Oleh karenanya, pasien yang mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS), harus dipantau ketat karena kemungkinan besar kehilangan volume plasma yang besar melalui kebocoran pembuluh darah. Syok hipotensi dapat dengan cepat berubah menjadi gagal jantung dan henti jantung.

"Pada derajat-derajatnya (grade), kalau sudah masuk ke demam berdarah, itu ada dari yang disertai pendarahan, tidak disertai pendarahan, ada tidaknya shock, tekanan darah yang turun sampai kemudian orangnya mengalami kelemahan bahkan bisa muncul pendarahan," kata dokter dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement