Selasa 11 Oct 2022 06:48 WIB

Penderita Long Covid Usia 18-29 Tahun Banyak yang Alami Masalah Kinerja

Long Covid lebih banyak mengenai orang dewasa berusia di bawah 60 tahun.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang penyintas Covid-19 merasa mudah kelelahan berbulan-bulan setelah sembuh (ilustrasi).
Foto: Boldsky
Seorang penyintas Covid-19 merasa mudah kelelahan berbulan-bulan setelah sembuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi long Covid tampak membawa pengaruh yang signifikan bagi kehidupan para penderitanya. Sebagian besar penderita long Covid bahkan merasa tak bisa menjalani kegiatan sehari-hari dengan kinerja maksimal, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa long Covid adalah kondisi yang terjadi ketika gejala Covid-19 berlangsung selama minimal dua bulan sejak awal terinfeksi, yang tak bisa dijelaskan oleh diagnosis alternatif lain. Beberapa gejala long Covid yang umum adalah kelelahan, sesak napas, batuk, disfungsi kognitif, dan gangguan tidur.

Baca Juga

"Juga gejala-gejala lain yang umumnya berdampak pada kemampuan berfungsi dalam keseharian," jelas WHO melalui laman resminya.

Laporan dari National Center for Health Statistics CDC menunjukkan bahwa gangguan performa terberat akibat long Covid lebih sering dialami oleh kelompok usia muda. Di antara para penderita long Covid yang merasa sangat terhambat, sebanyak 86,3 persen di antaranya berasal dari kelompok usia 18-29 tahun.

Sebaliknya, penderita long Covid yang menghadapi kesulitan paling ringan akibat kondisi tersebut didominasi oleh kelompok usia lebih tua. Sebanyak 76,1 persen di antaranya adalah penderita long Covid berusia 40-49 tahun.

Laporan tersebut juga mendapati bahwa long Covid lebih banyak mengenai orang dewasa berusia di bawah 60 tahun. Selain itu, long Covid lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement