REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan konsultan Grant Thornton Indonesia memberi tiga kiat bagi milenial dalam menghadapi dampak inflasi menyusul gejolak perekonomian global yang terjadi saat ini. CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan perlu ada peran masyarakat dalam menekan tingkat inflasi di Indonesia.
"Hal yang paling mudah untuk dilakukan adalah menghindari sikap konsumtif yang berlebihan terhadap produk-produk impor dan mulai beralih ke produk buatan dalam negeri," kata Johanna dalam keterangan di Jakarta, Jumat (30/9/2022).
Johanna juga menyebut perlu ada persiapan dan edukasi kesehatan finansial bagi generasi milenial sebagai calon penerus bangsa. Ia mengatakan bahwa cerdas mengelola keuangan pribadi adalah sebuah keharusan untuk membantu menahan laju inflasi.
Menurut Johanna, setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan generasi milenial untuk menghadapi inflasi. Apa saja kiatnya?
Mengatur pengeluaran secara bijak
Persiapkan rencana keuangan. Dengan begitu, pengeluaran yang tidak perlu dapat dicegah.
Selain itu adalah penting untuk tidak selalu meningkatkan gaya hidup seiring dengan meningkatnya pendapatan. Hindari menerapkan gaya hidup yang lebih boros dibandingkan dengan pendapatan.
Miliki dana darurat
Dana darurat dapat digunakan untuk keperluan mendesak seperti sakit hingga kala mengalami kondisi tanpa penghasilan. Dana darurat biasanya sebanyak enam kali total pengeluaran dalam satu bulan. Semakin banyak tanggungan, maka semakin besar pula dana darurat yang perlu dipersiapkan.
"Jangan lupa, pisahkan dana darurat pada rekening tabungan lain agar dapat tersimpan dengan baik," kata Johanna.
Mulai berinvestasi sedini mungkin
Milenial dapat berinvestasi dengan membeli rumah atau dana pendidikan anak. Terdapat banyak instrumen investasi mulai dari reksadana, saham, deposito, obligasi, sampai logam mulia.
Berdasarkan studi bertajuk "Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020" yang dirilis oleh institusi Alvara Research 1 disebutkan sebagian masyarakat urban milenial di berbagai kota di Indonesia mengaku sulit menabung atau berinvestasi. Sebab, rata-rata pengeluaran rutin bulanan mereka, terutama yang berusia 25-40 tahun, menghabiskan sebesar 57 persen dari total pemasukan.