REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Radityo Prakoso, menyebut ada sejumlah faktor risiko bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Salah satunya konsumsi antiobiotik oleh sang ibu saat dia mengandung.
"Antibiotik sangat-sangat tidak dianjurkan dikonsumsi pada wanita hamil pada masa pembentukan yaitu pada trimester pertama," ujarnya dalam konferensi pers peringatan Hari Jantung Sedunia "Deteksi Dini Sebagai Upaya Preventif Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Pada Anak" yang digelar daring, Rabu (28/9/2022).
Selain antibiotik, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) menyebut usia wanita saat hamil juga dapat menempatkan bayinya berisiko terkena PJB. Menurut Radityo, semakin tua usia wanita saat hamil maka semakin dia berisiko melahirkan bayi dengan penyakit jantung bawaan.
Faktor risiko lainnya termasuk paparan asap rokok terutama saat janin berada di trimester pertama, konsumsi minuman beralkohol oleh ibu, genetik walaupun kontribusinya tidak terlalu besar, serta infeksi selama wanita hamil. "Wanita dengan kehamilan sangat rentan terkena infeksi dan berakibat fatal bila terjadi di trimester pertama," ujar Radityo.
Dia mengatakan, sebenarnya faktor-faktor risiko ini dapat dideteksi melalui skrining premarital. Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya pemeriksaan ini, termasuk demi mendeteksi adanya kelainan metabolik orangtua.
Selama kehamilan, calon ibu juga dapat menjalani pemeriksaan ultrasonografi terhadap jantung janin atau fetal echo. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 18-22 minggu.
Berikutnya skrining pada bayi baru lahir bila seandainya tidak terlihat tanda-tanda janin mengalami penyakit jantung bawaan saat dalam kandungan. "Caranya, menilai kadar oksigen atau saturasi pada tangan kanan dan kaki. Kemudian, lihat biasanya bayi baru lahir dengan menangis, tetapi kalau bayinya lahir tidak menangis, tampak kebiruan ini kita harus curiga apakah ini menderita penyakit jantung bawaan," kata Radityo.
Dia mengatakan, menurut data penyakit jantung bawaan diderita sekitar 80 ribu bayi yang lahir setiap tahunnya dan seperempat dari bayi ini menderita penyakit jantung bawaan kritis yang membutuhkan intervensi berbasis bedah dalam satu tahun pertama. "Keterlambatan diagnosis menjadi masalah atau dapat berakibat fatal bila berhubungan dengan luaran yang buruk. PJB akan menyumbang sekitar 200 ribu-300 ribu kematian," ujar Radityo.