REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Film Avatar membuat kejutan besar dalam rilis ulang box office baru-baru ini. Hal ini sekaligus membuktikan, masih ada minat dari pencinta film untuk karya tersebut, bahkan setelah 13 tahun sejak rilis aslinya.
Avatar kembali ke puncak box office lebih dari satu dekade setelah menjadi film terlaris sepanjang masa. Hal ini pun membuktikan kesuksesan box office-nya tidak pernah kebetulan.
Sebelumnya, sempat ada keraguan apakah rilis ulang Avatar akan sukses atau tidak. Namun, perilisan ulang yang dilakukan sebelum penayangan sekuelnya, Avatar: The Way of Water pada Desember, ini nyatanya masih diminati di bioskop.
Rekam jejak box office sutradara Avatar, James Cameron, tidak perlu diragukan lagi. Dia telah mengantongi kesuksesan box office besar dengan banyak film sebelum 1997. Titanic adalah film pertamanya yang menjadi film nomor satu di box office dunia.
Dilansir laman Screen Rant, Selasa (27/9/2022), rekor itu dipegangnya selama lebih dari satu dekade hingga dikalahkan oleh film Cameron berikutnya yaitu Avatar. Saar Avatar masih menjadi penghasil box office teratas sepanjang masa, film ini sempat kehilangan posisinya yang diambil oleh Avengers Endgame. Namun rilis ulang yang sempat dilakukan juga pada 2021 menempatkan Avatar kembali ke posisi puncak.
Perilisan awal Avatar pada 2009 merupakan terobosan teknis besar untuk efek CGI dan 3D. Hal itu menjadi pengaruh besar pada box office-nya. Sejak saat itu, sebagian besar film Hollywood didominasi oleh film superhero dan waralaba alam semesta seperti Marvel Cinematic Universe.
Cameron meraih kesuksesan box office besar-besaran dalam berbagai genre dan di berbagai era. Kinerja Avatar hingga saat ini telah membuktikan bahwa itu masih merupakan pesaing box office yang layak.
Rilisan ulang Avatar baru-baru ini menghasilkan 30 juta dolar AS di box office global pada akhir pekan pertama dan mencetak 10 juta dolar AS dari pendapatan box office AS.
Kisah Avatar pernah dituduh meniru kisah fiksi ilmiah Pocahontas, Dances With Wolves, Fern Gully, Dune, Princess Mononoke, dan banyak lagi. Tentu saja, kesamaan dengan cerita-cerita itu tidak dapat dilebih-lebihkan, tetapi ada alasan mengapa kisah-kisah itu begitu umum dalam karya-karya populer.
Cameron telah lama terobsesi dengan laut dan merekam film di bawah air, seperti filmnya tahun 1989, The Abyss. Avatar: The Way of Water semakin mendorong batas itu dengan mengembangkan teknologi penangkapan gerak baru untuk digunakan di bawah air serta berbagai kemajuan VFX di area seperti tekstur dan perilaku air.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
