Salah satu alasan RAP1GAP2 dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung pada wanita adalah karena gen itu tidak memiliki dampak yang sama pada pria. Para ahli terkemuka telah berteori soal hubungan antara gen dan kondisi kardiovaskular tersebut.
Ke depan, langkah selanjutnya yang ingin diambil tim adalah menganalisis data dari 17 ribu wanita pascamenopause untuk mencoba membangun hubungan antara RAP1GAP2 dan penyakit jantung. Mereka akan melakukan analisis menggunakan penanda keturunan genetik untuk menjelaskan keragaman dalam kode genetik.
Profesor Duggan mengatakan, jika penanda gen RAP1GAP2 secara akurat mencerminkan gejala jantung wanita dan memprediksi kemungkinan serangan jantung, strok, atau kematian di masa depan, maka penanda gen tersebut dapat membantu kita lebih percaya diri dalam diagnosis dan prognosis masa depan.
“Memiliki biomarker yang lebih akurat untuk wanita akan menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesetaraan kesehatan bagi semua wanita," jelas dia.