REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berolahraga secara rutin adalah kontributor besar untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menurut CDC, melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan kesehatan otak, membantu mempertahankan berat badan yang sehat, mengurangi risiko penyakit, serta memperkuat otot dan tulang.
Namun ada beberapa kebiasaan olahraga yang salah dan justru bisa meningkatkan risiko kematian. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Konten dan Pendidikan Medis di Ro sekaligus pelatih pribadi profesional, dr Mike Bohl.
Dia mengatakan, berolahraga adalah cara terbaik untuk tetap bugar, tetap sehat, dan meningkatkan peluang umur panjang. Tetapi, ada beberapa kebiasaan yang perlu dihindari seperti tidak terhidrasi dengan baik atau tidak melakukan peregangan dengan benar.
Tidak berhenti untuk istirahat yang dapat juga menjadi kesalahan lain yang jangan pernah dilakukan. Kebiasaan buruk seperti itu dapat membuat latihan lebih sulit dan menciptakan waktu pemulihan yang kurang menyenangkan.
“Terkait kesalahan olahraga tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko kematian, ada dua hal yang harus diwaspadai,” kata dr Bohl dilansir Eat This Not That, Rabu (7/9/2022).
Kedua hal yang dimaksud yakni:
1. Pastikan tidak melakukan sesuatu yang berbahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan
Sangat penting untuk menghilangkan risiko kecelakaan. Dr Bohl memperingatkan Anda jangan melakukan sesuatu yang berbahaya yang dapat membuat berisiko kecelakaan. Ini termasuk penggunaan peralatan olahraga yang tidak benar, melakukan aktivitas berbahaya seperti panjat tebing tanpa peralatan keselamatan yang sesuai, atau mengangkat beban yang terlalu berat tanpa pengawas.
Kebiasaan berbahaya ini membuat seseorang lebih mungkin untuk mengalami cedera atau bahkan meningkatkan risiko kematian jika melakukan kesalahan. Utamanya, apabila peralatan tidak berfungsi atau rusak, atau jika aktivitas yang dilakukan melebihi kemampuan fisik.
2. Berhati-hatilah dengan segala keterbatasan yang mungkin dimiliki karena kondisi medis
Sangat penting untuk memperhatikan batasan apa pun yang mungkin dimiliki karena kondisi medis. Dr Bohl mencontohkan, jika seseorang memiliki penyakit paru-paru kronis (seperti COPD) atau penyakit jantung kronis, pasti akan mengalami kesulitan untuk mengirimkan oksigen secara efektif ke jaringan tubuh.
“Akibatnya, orang itu harus berhati-hati pada aktivitas yang secara dramatis meningkatkan detak jantung atau yang menyebabkan pernapasan berat, karena berpotensi menjadi pusing dan pingsan,” kata dia.
Apabila seseorang menderita diabetes, maka harus memperhatikan gula darah karena olahraga menurunkan gula darah. Jika terlalu rendah, itu bisa sangat berbahaya. Oleh karena itu, penderita diabetes harus tetap mengonsumsi makanan ringan karbohidrat jika kadar gula darah mereka turun.
Sementara itu, osteoporosis adalah tantangan lain. Osteoporosis berarti pengurangan massa tulang dan kepadatan mineral tulang, yang dapat meningkatkan kemungkinan menderita patah tulang. Dr Bohl menekankan pentingnya menjauhi aktivitas berdampak tinggi karena dapat menempatkan pada risiko patah tulang yang serius. Istirahatlah, karena akan membahayakan fungsionalitas tulang dalam jangka panjang.
Jika berolahraga sendiri, dr Bohl merekomendasikan untuk merekam diri sendiri saat melakukan latihan. Itu akan sangat membantu untuk meninjau video setelah selesai, untuk melihat apakah sudah menggunakan teknik yang benar, selain memastikan agar tidak terluka.