Sabtu 27 Aug 2022 03:56 WIB

Family Time akan Membangun Ketangguhan pada Anak

Family time membutuhkan komitmen ayah dan ibu dalam meluangkan waktu bersama anak

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Family time membutuhkan komitmen ayah dan ibu dalam meluangkan waktu bersama anak. Ilustrasi.
Foto: pixabay
Family time membutuhkan komitmen ayah dan ibu dalam meluangkan waktu bersama anak. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Family time membutuhkan komitmen ayah dan ibu dalam meluangkan waktu bersama untuk saling berkomunikasi antar anggota keluarga. Hal itu diungkapkan anggota Divisi Pembinaan Keluarga Majelis Tabligh PP Aisyiyah, Hibana.

"Bagaimana ayah dan ibu berniat, beritikad untuk meluangkan waktu bersama keluarga, karena kadang, jadi satu bersama keluarga tapi tidak ada komitmen untuk membangun komunikasi yang konstruktif," kata Hibana dalam webinar bertajuk Penguatan Family Time Untuk Keluarga Tangguh yang diikuti di Jakarta, Jumat (26/8/2022).

Baca Juga

Family time adalah komitmen untuk meluangkan waktu bersama keluarga dengan membangun komunikasi yang positif dan konstruktif, serta memberikan perhatian penuh dan melakukan aktivitas yang bermakna. Tujuan family time agar anak-anak dan orang tuanya sama-sama bertumbuh.

Kebersamaan dalam keluarga sangat penting karena keluarga menjadi kunci pertama untuk membangun ketangguhan anak. "Guru pertama itu orang tua, guru kedua itu bapak/ibu guru di sekolah, guru ketiga itu lingkungan," kata Hibana.

Pihaknya mencatat ada 2,67 persen anak usia dini tidak tinggal bersama dengan ayah dan ibu kandung. Kemudian 0,35 persen anak usia dini tidak ada kebersamaan dengan orang tua/wali dan terdapat 3,73 persen anak usia dini pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak.

"Data-data ini harus menggugah kita untuk lebih berhati-hati, lebih cermat, minimal di keluarga kita. Masih banyak anak yang membutuhkan perhatian kita untuk membangun ketangguhan dirinya," katanya.

Sementara tantangan dalam rumah tangga di antaranya beban rumah tangga yang semakin meningkat, orang tua sibuk bekerja, anak sibuk berkegiatan, dan penggunaan teknologi informasi yang dapat merampas kehidupan anak. "Anak membutuhkan bermain aktif, bukan bermain pasif dengan berjam-jam menatap gadget. Anak harus berinteraksi dengan lingkungan, anak harus jadi subjek," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement