Rabu 24 Aug 2022 20:22 WIB

Ciri Kamar Hotel yang Sebaiknya tidak Anda Tempati

Beberapa kamar hotel sempat memicu keracunan karbon monoksida lebih dari satu kali.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Ciri hotel yang sebaiknya tidak Anda tempati. (ilustrasi)
Foto: JASON COMMERCIAL
Ciri hotel yang sebaiknya tidak Anda tempati. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hotel yang mengabaikan berbagai faktor keamanan dapat memicu terjadinya insiden yang membahayakan. Salah satunya adalah kelalaian dalam mencegah terjadinya kebocoran karbon monoksida.

Di Amerika Serikat misalnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa kebocoran karbon monoksida telah menyebabkan ratusan kasus kematian dan ribuan kasus keracunan per tahun. Sedangkan menurut studi terbaru dalam jurnal Preventive Medicine Reports, ada 3.405 kasus keracunan karbon monoksida yang spesifik terjadi di hotel atau motel.

Baca Juga

Akan tetapi, tim peneliti menilai jumlah kasus keracunan dan kematian terkait kebocoran karbon monoksida bisa lebih tinggi. Alasannya, ada sejumlah insiden keracunan karbon monoksida di industri penginapan yang tidak dilaporkan. Selain itu, insiden yang diberitakan di media hanya 10 persen dari kasus yang dilaporkan.

"Ini mengindikasikan adanya risiko kesehatan masyarakat yang lebih besar berkaitan dengan paparan karbon monoksida di industri penginapan dibandingkan perkiraan sebelumnya," ujar tim peneliti, seperti dilansir BestLife, Rabu (24/8/2022).

Beberapa kamar hotel bahkan sempat memicu keracunan karbon monoksida lebih dari satu kali. Salah satunya adalah sebuah penginapan yang berlokasi di Catoosa, Oklahoma, Amerika Serikat.

Di penginapan tersebut, ada satu kamar single yang menjadi tempat terjadinya tiga insiden keracunan karbon monoksida. Ketiga kasus ini terjadi dalam jarak beberapa pekan saja dan pihak penginapan tampak tak mengambil tindakan dengan cepat untuk mengatasinya.

Korban ketiga adalah seorang pria berusia 44 tahun bernama Pawel Markowski. Markowski ditemukan tak responsif di dalam kamar hotel pada Maret lalu.

"Saya tidak tahu apa yang mereka tunggu, seseorang mati di sana (karena keracunan karbon monoksida)," ujar Markowski.

Untuk mencegah insiden akibat kebocoran karbon monoksida, hotel atau tempat penginapan perlu memiliki detektor karbon monoksida. Sayangnya, ada banyak hotel yang tak memiliki detektor ini, meski di ruangan-ruangan yang memiliki perapian atau di dekat peralatan yang berfungsi untuk membakar. Padahal, kedua hal tersebut merupakan sumber karbon monoksida paling umum.

Berkaitan dengan hal ini, para ahli menilai hotel atau tempat penginapan yang tak memiliki detektor karbon monoksida pada setiap kamar sebaiknya tak Anda inapi. Solusi lainnya adalah tamu bisa membawa detektor karbon monoksida portable yang bisa dibeli dengan harga relatif terjangkau.

Orang yang menginap di hotel atau tempat penginapan lain juga sebaiknya mengenali gejala keracunan karbon monoksida. Hal ini menjadi penting karena karbon monoksida tak memiliki warna dan bau sehingga sulit dideteksi tanpa detektor.

Pada kebanyakan kasus, korban tak menyadari ada sesuatu yang salah. Namun, seiring waktu mereka akan mengalami disorientasi. Disorientasi ini membuat mereka sulit mencari jalan keluar untuk mendapatkan udara segar atau mencari bantuan.

Berkaitan dengan gejala, orang yang keracunan karbon monoksida bisa mengalami sakit kepala, lemah, sesak napas, pening, mual, dan muntah. Gejala lainnya adalah nyeri dada, kebingungan, pandangan kabur, dan kesemutan di bibir.

"Gejala bisa hilang dan timbul. Gejala bisa memburuk ketika Anda menghabiskan waktu di ruangan atau gedung yang terdampak (kebocoran karbon monoksida) lalu gejala membaik ketika Anda meninggalkan ruangan tersebut atau keluar," jelas National Health Service (NHS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement