REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah 4.000 orang menonton Pengabdi Setan 2: Communion, sutradara Joko Anwar membeberkan siasat di balik mencekamnya film tersebut. Ia menjelaskan, pengambilan gambar dibikin senatural mungkin, setiap karakter betul-betul didalami, dan skenarionya jauh lebih matang dibandingkan film pertama.
"Rahasia film horor itu sebenarnya satu saja, yaitu membuat penonton peduli dengan setiap karakternya. Kalau kita nggak khawatir dengan karakternya yang kenapa-kenapa, itu hanya sekadar jumpscare," ujar Joko dalam press screening Pengabdi Setan 2: Communion di XXI Epicentrum Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Di film kedua Pengabdi Setan, Joko membuat setiap karakternya memiliki cerita mencekam masing-masing. Ia ingin penonton ikut merasakan apa yang dirasakan tiap tokoh.
Ketika adegan gelap, maka di lokasi syuting pun benar-benar memang dalam keadaan gelap dengan pencahayaan yang natural. Kemudian jika memang hanya dalam keadaan menggunakan senter dan korek api sebagai penerang, itu benar-benar hanya menggunakan senter dan korek api saja.
"Ditambah juga sound yang natural, ini semua sains lho ya bukan sembarangan. Kami mau bercerita lewat indra, bukan cuma lewat visual yang flat (datar, red.). Ketika gambar tidak natural, itu hanya mata yang diberikan sajian, tapi indra kita terasa ditipu," papar Joko.
Untuk menghadirkan itu semua, Joko juga menyuguhkan skenario yang lebih matang berdasarkan tujuan awal dirinya memproduksi Pengabdi Setan, yakni membangun kepustakaan horor Indonesia. Film pertama ia jadikan benchmark terendah film horor, sehingga yang kedua ia kuatkan ceritanya.
"Ketika buat yang pertama, para kru dan pemain sepakat untuk memberikan penghormatan pada kepustakaan horor, tapi itu benchmark terendah standar horor Indonesia Mau nggak mau yang kedua harus setingkat lebih tinggi, kami sepakat persiapannya panjang. Indonesia sangat beragam kultur, jadi bisa ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari Indonesia kepada dunia," kata dia.