Jumat 01 Jul 2022 06:00 WIB

Peneliti Temukan Cara Agar Masker N95 Bisa Bersifat Antivirus

Peneliti kembangkan metode yang membuat masker N95 bisa bersifat antivirus.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Peneliti kembangkan metode yang membuat masker N95 bisa bersifat antivirus.
Foto: AP/Ted S. Warren
Peneliti kembangkan metode yang membuat masker N95 bisa bersifat antivirus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemakaian masker sudah terbukti efektif menurunkan risiko infeksi virus dengan mengurangi penyebaran droplet pernapasan. Namun, masker standar tertinggi seperti respirator N95 sekalipun hanya menjadi sarana pelindung, bukan menonaktifkan virus.

Para peneliti di Rensselaer Polytechnic Institute (RPI) di New York, Amerika Serikat, tengah mengembangkan metode yang memberikan sifat antivirus dan antibakteri pada filter masker wajah N95. Penelitian tersebut diterbitkan dalam ACS Applied Materials & Interfaces edisi Juni 2022.

Baca Juga

Tim periset menemukan bahwa memasukkan bahan dengan sifat antivirus ke dalam masker wajah meningkatkan kemampuan masker. Tidak hanya melindungi dari infeksi, namun sekaligus memperpanjang waktu pemakaian dan dengan demikian mengurangi sampah plastik.

Sudah ada hasil penelitian terpisah pada periode sebelumnya yang menciptakan masker wajah dengan aktivitas antivirus. Caranya, dengan menggabungkan bahan nano logam yang mampu menonaktifkan virus, seperti tembaga, dalam serat filter.

Namun, para peneliti RPI khawatir bahwa nanomaterial logam dapat terlepas dari filter masker dan terhirup, menyebabkan toksisitas. Sebagai gantinya, peneliti menggunakan polikation, molekul rantai panjang dengan muatan positif bersih.

Bahan itu dipakai sebagai pengganti bahan nano logam untuk memberi sifat antivirus di permukaan masker. Berdasarkan studi lain, polikation sudah terbukti ampuh membunuh bakteri dan virus setelah kontak dengan menyasar membran sel.

Salah satu penulis studi terbaru, Helen Zhadan, menjelaskan metode berbasis polikasi yang dia kembangkan bersama tim risetnya. Metode itu memberikan sifat antimikroba pada kain polipropilen, yang biasanya digunakan sebagai bahan filtrasi pada masker N95.

"Proses yang kami kembangkan menggunakan bahan kimia yang sangat sederhana untuk membuat lapisan polimer nonpelarutan ini, yang dapat membunuh virus dan bakteri dengan membuka lapisan luarnya," kata asisten profesor teknik kimia dan biologi di Rensselaer itu.

Hasilnya menunjukkan bahwa polipropilen berlapis polimer dapat menonaktifkan beberapa virus berselubung lipid, serta bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, saat kontak dengan masker. Aktivitas antivirus polipropilen berlapis polimer diuji menggunakan virus yang berbeda.  

Terkait efisiensi filtrasi, para peneliti mencatat efisiensi penyaringan filter N95 menurun setelah penerapan lapisan polimer antimikroba. Namun, masalah ini dapat diatasi dengan mengenakan masker N95 sekaligus memakai masker berlapis polimer. Produsen masker juga dapat memakai polimer antimikroba di lapisan luar masker N95.

Metode pelapisan polimer yang digagas para peneliti dirancang untuk memfasilitasi peluang komersialisasi. "Kami sengaja menggunakan pereaksi kimia, pelarut, dan peralatan yang mudah didapat.  Kami mengejar kimia dan metode sederhana yang berpotensi untuk ditingkatkan. Saya pikir ada jalur yang layak untuk manufaktur yang ditingkatkan dan realisasi komersial," ujar Zha.

Dekan dari School of Engineering di Rensselaer, Shekhar Garde, menyebut metode pelapisan polimer antimikroba sebagai "strategi cerdas" yang serbaguna. "Mengingat banyaknya polipropilen dalam kehidupan sehari-hari, mungkin strategi ini juga berguna dalam banyak konteks lain," tutur Garde, dikutip dari laman Medical News Today, Jumat (1/7/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement