REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas Layanan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat memperbarui rekomendasinya tentang penggunaan vitamin dan suplemen. Menurut satgas, bagi kebanyakan orang, membeli suplemen akan sama saja dengan membuang-buang uang.
Suplemen tidak dibutuhkan oleh orang yang sehat, kecuali bagi perempuan dalam kondisi hamil. Rekomendasi itu disusun berdasarkan laporan bukti yang mencakup 84 penelitian, sebanyak 52 di antaranya bukti baru sejak terakhir kali topik tersebut dibahas pada 2014.
Temuan baru sebagian besar mirip dengan kesimpulan-kesimpulan sebelumnya. Laporan yang dimotori oleh Elizabeth A O'Connor bersama Kaiser Permanente Center for Health Research di Portland, Oregon itu diterbitkan di The Journal of American Medical Association. Satgas menemukan tidak ada cukup bukti bahwa suplemen membantu mencegah penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung dan strok, atau kanker, yang merupakan dua penyebab utama kematian di AS dan kedua target pencegahan untuk konsumsi suplemen.
"Gugus tugas tidak mengatakan 'jangan minum multivitamin,' tetapi ada gagasan bahwa jika ini benar-benar baik untuk Anda, kita pasti sudah mengetahuinya," kata kepala departemen penyakit dalam di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago, Jeffrey Linder, dilansir WebMD, Kamis (23/6/2022).
Linder dan rekannya menulis editorial yang membahas temuan tersebut. Dia menjelaskan bahwa banyak pasien selalu menanyakan suplemen apa yang harus mereka konsumsi.
"Pasien hanya membuang-buang uang kalau berpikir ada satu set pil ajaib yang dapat membuat mereka tetap sehat, padahal mereka cukup mengikuti anjuran makan sehat dan olahraga, jurus yang sudah memiliki banyak bukti," kata Linder.
Panduan gugus tugas ini tidak berlaku untuk anak-anak, orang-orang yang diketahui kekurangan gizi, atau mereka yang dirawat di rumah sakit. Gugus tugas juga menyoroti penggunaan beta karoten (pigmen merah-oranye yang ditemukan pada tanaman yang diubah tubuh menjadi vitamin A) untuk mencegah penyakit kardiovaskular atau kanker.
Sebelumnya, konsumsi beta karoten dikaitkan dengan upaya menghindari peningkatan risiko kematian, kematian akibat penyakit kardiovaskular, dan kanker paru-paru. Kini, gugus tugas menyimpulkan dengan kepastian moderat bahwa bahaya suplementasi beta karoten lebih besar daripada manfaatnya untuk pencegahan penyakit kardiovaskular atau kanker.
"Kami menyimpulkan dengan kepastian moderat bahwa tidak ada manfaat dari suplementasi dengan vitamin E untuk pencegahan penyakit kardiovaskular atau kanker," kata penulis studi.
Berita itu mungkin mengejutkan banyak orang, karena orang Amerika menghabiskan hampir 50 miliar dolar AS (sekitar Rp 742 triliun) untuk vitamin dan suplemen pada tahun lalu. Perusahaan suplemen menghabiskan sekitar 900 juta dolar AS (sekitar Rp 13 triliun) untuk pemasaran.
Faktor yang membantu mengurangi penyakit jantung dan risiko kanker adalah diet (pola makan) sehat, termasuk buah-buahan dan sayuran. Meskipun masuk akal untuk berpikir nutrisi dapat diekstraksi dari buah-buahan dan sayuran, kemudian dikemas menjadi pil untuk manfaat yang sama, tapi tidak ada bukti bahwa itu efektif.