REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tujuan mengonsumsi suplemen adalah untuk memenuhi kekurangan asupan mikronutrien tertentu. Tetapi, ada empat mikronutrien yang umumnya sudah terpenuhi lewat pola makan sehingga tak perlu mendapatkan tambahan dari suplemen.
Menurut ahli gizi sekaligus profesor klinis dari University of Georgia, Emma Laing, orang dewasa yang sehat umumnya mendapatkan asupan zat gizi mereka dari makanan alih-alih dari suplemen. Memenuhi kebutuhan zat gizi dari makanan juga lebih direkomendasikan karena makanan bisa memberikan asupan biokimia dan serat yang tak ditemukan dalam suplemen.
"Makanan seperti serealia utuh (whole grains), sayuran, dan legum umumnya dianggap sebagai makanan terjangkau yang juga kaya nutrisi," ungkap Laing, seperti dilansir Insider, Senin (20/6/2022).
Liang menjelaskan, akan sulit bagi produsen suplemen untuk meniru profil nutrien yang sama seperti yang dimiliki makanan-makanan tersebut. Tak hanya itu, sulit pula bagi produsen suplemen untuk menghasilkan produk yang bisa memberikan manfaat serupa seperti zat gizi yang didapatkan dari makanan utuh.
Laing mengatakan, kebanyakan orang juga tak menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan asupan beberapa mikronutrien yang cukup dari pola makan sehari-hari. Mikronutrien tersebut adalah vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan zinc.
Vitamin A
Meski dengan pola makan ala Barat, kasus defisiensi vitamin A di Amerika Serikat jarang terjadi. Hal ini membuat Food and Drug Administration (FDA) tak lagi mewajibkan produsen makanan untuk memberikan label persentase vitamin A dalam produk mereka.
Pola makan ala Barat umumnya sudah bisa memenuhi kebutuhan asupan vitamin A harian. Mengonsumsi suplemen vitamin A saat kebutuhan sudah terpenuhi bisa berisiko menyebabkan terjadinya toksisitas vitamin A yang dapat menyebabkan gejala mual, sakit kepala, dan pandangan kabur.
"Saat bicara mengenai vitamin, lebih banyak tidak berarti lebih baik. Kita selalu membutuhkan dalam kadar cukup, dan terkadang berlebihan bisa membahayakan," ungkap ahli gizi dan profesor dari University of Houston Kirstin Vollrath.
Vitamin B
Ada beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan oleh tubuh, mulai dari thiamin atau B1, ribovlavin atau B2, dan cobalamin atau B1. Vitamin B berperan dalam membantu mengubah makanan menjadi energi, meningkatkan imunitas, dan membantu membuat sel-sel baru menurut Harvard Medical School.
Kebutuhan asupan vitamin B umumnya sudah terpenuhi melalui konsumsi serealia yang sudah difortifikasi. Oleh karena itu, konsumsi vitamin B dinilai kurang begitu bermanfaat.
Akan tetapi, vitamin B12 merupakan pengecualian. Orang-orang yang menerapkan diet vegetarian dan vegan kemungkinan mengalami kekurangan asupan vitamin B12 karena tak mengonsumsi pangan hewani. Konsumsi suplemen vitamin B12 akan bermanfaat untuk mencegah defisiensi vitamin B12 yang bisa menyebabkan anemia, masalah sensori, dan kerusakan saraf.
Vitamin C
Mikronutrien ini cukup banyak ditemukan dalam berbagai buah dan sayur. Konsumsi satu buah jeruk saja sudah memenuhi hampir semua kebutuhan harian vitamin C.
Beberapa orang memilih untuk tetap mengonsumsi vitamin C karena ingin meningkatkan imunitas dan mencegah pilek. Menurut Vollrath, konsumsi suplemen vitamin C dan zinc secara bersamaan di awal kemunculan pilek dapat menurunkan gejala atau mempersingkat durasi.
Akan tetapi, kombinasi suplemen ini tak akan menghentikan virus. Studi pada 2013 juga menemukan bahwa tak ada bukti bahwa suplementasi dapat mencegah pilek.
Tubuh juga tidak bisa menyimpan kelebihan asupan vitamin C. Kelebihan vitamin C yang mungkin didapatkan dari suplemen akan dibuang sebagian besarnya melalui urine.