REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolesterol tinggi masih menjadi masalah yang cukup banyak dialami masyarakat Indonesia. Hal ini akibat kebiasaan umum mengonsumsi lemak jenuh ataupun tinggi lemak.
Kadar kolesterol terlalu tinggi dalam tubuh dapat memicu berbagai macam penyakit, seperti diabetes, hipertensi, strok dan jantung. Kolesterol tinggi biasanya tidak menunjukkan gejala secara langsung. Namun, kolesterol tingkat tinggi secara konsisten dapat menyebabkan komplikasi yang menyebabkan gejala.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada setidaknya enam tanda "fisik" di kaki yang dapat mengindikasikan penumpukan kolesterol yang menyebabkan penyakit arteri perifer (PAD). Kolesterol tinggi berarti seseorang memiliki terlalu banyak kolesterol, zat "waxy" yang diproduksi di dalam hati pada arteri.
Kolesterol diperlukan untuk membangun sel-sel yang sehat, tetapi jika terlalu banyak, justru dapat menyumbat arteri. Persoalannya, gejala itu biasanya tidak muncul sampai kolesterol tinggi menyebabkan komplikasi.
Penyakit arteri perifer (PAD) adalah manifestasi dari penumpukan kolesterol. PAD di kaki atau ekstremitas bawah adalah penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke kaki, dikutip dari laman Express.co.uk, Rabu (1/6/2022).
Hal ini terutama disebabkan oleh penumpukan plak lemak, seperti kolesterol di arteri, yang disebut aterosklerosis. PAD dapat terjadi di pembuluh darah mana pun, tetapi lebih sering pada kaki daripada lengan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada enam tanda "fisik" dari penumpukan kolesterol di kaki. Tanda-tanda fisik PAD di kaki meliputi:
- Denyut nadi di kaki berkurang
- Tidak ada denyut nadi di kaki
- Luka di kaki atau kaki yang tidak kunjung sembuh
- Bisul di kaki atau kaki yang tidak juga sembuh
- Jari kaki dingin
- Jari kaki mati rasa.
Tanda-tanda fisik lain di kaki yang mungkin mengindikasikan PAD termasuk atrofi otot (kelemahan), rambut rontok, kulit halus dan, berkilau serta kulit yang sejuk saat disentuh. Kondisi itu terutama jika disertai rasa sakit saat berjalan, lalu berkurang ketika berhenti berjalan, menurut CDC.