REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Pada 2001, film adaptasi buku JK Rowling Harry Potter and the Sorcerer's Stone diputar di bioskop dan dengan cepat menjadi perbincangan di seluruh dunia. Disutradarai oleh Chris Columbus, film ini meraup 974 juta dolar AS atau setara Rp 14,2 triliun dalam penayangan pertamanya.
Hal itu memperkuat status waralaba tersebut sebagai blockbuster yang sangat dinanti-nantikan. Selama dekade berikutnya, seri film Harry Potter mencapai tingkat pujian kritis dan komersial yang sama.
Dari arsip teori penggemar yang terus berkembang hingga pemutaran tengah malam, daya pikat Harry Potter bertahan selama bertahun-tahun dan berlanjut hingga hari ini. Seperti yang dicatat untuk Slate, oleh Laura Miller dalam karyanya pada 2016.
“Pottermania menyatukan anak-anak di seluruh dunia, menarik banyak penggemar dewasa, dan mendapat dukungan sepenuh hati dari jaringan profesional yang terkoordinasi dengan baik dan sangat efektif,” ujarnya dilansir di Looper, Rabu (18/5/2022).
Penggemar sering memperdebatkan kekuatan dan kelemahan adaptasi dari buku menjadi film. Perdebatan seputar penghilangan, penghapusan, dan alur cerita baru dengan ketelitian kritis. Tak pelak, ketidaksepakatan atas terjemahan sinematik pun muncul.
Saat beberapa pengulas film menghargai upaya untuk merampingkan narasi substansial, penggemar lain menyesali kurangnya pengembangan karakter dengan tokoh-tokoh tercinta seperti Ginny dan Ron Weasley. Terlepas dari perbedaan itu, warisan adaptasi Harry Potter tetap bertahan. Pada 2020, China merilis ulang Harry Potter and the Sorcerer's Stone, membantu film pertama mencapai miliar dolar AS.
Namun, para penggemar fanatik menyebut salah satu film Harry Potter terburuk adalah Harry Potter and The Half-Blood Prince. Dalam utas di situs Reddit Harry Potter, akun BoneyRL memberi peringkat Harry Potter and the Half-Blood Prince sebagai adaptasi film terburuk karena ceritanya yang mengecewakan.
Pengguna lain setuju dengan penilaian itu. Mereka mengkritik film tersebut karena narasinya yang terpotong. “Saya setuju, yang terbaik adalah yang benar-benar melekat pada buku, kostum (terutama seragam), dan itulah mengapa saya menyukai dua yang pertama,” tulis akun Genealogy-1 menyepakati.
Bagi banyak penggemar, penghilangan titik plot kritis dari buku melemahkan logika internal film. Seorang pengguna menandai kegagalan film untuk menggambarkan latar belakang penting dari ibu Voldemort, yang meletakkan dasar bagi Tom Riddle ke inkarnasinya yang tanpa jiwa saat ini.
Pengguna Reddit lainnya mengkritik penggambaran ansambel inti, terutama ketika menyangkut hubungan romantis mereka yang sedang berkembang. “Belum lagi interaksi romantis yang sangat canggung dan dipaksakan antara Harry dan Ginny, membuat seluruh hubungan mereka tampak sangat aneh tanpa konteks buku,” tulis akun Myble.
Untuk beberapa pengguna, adaptasi versi ini memadamkan keajaiban seluruh seri. Tapi, Harry Potter bisa dibilang tetap menjadi prestasi sejarah dalam sastra dan sinema, adaptasinya kemungkinan akan menginspirasi perdebatan sengit untuk generasi mendatang.