Pada dasarnya, psikoterapi bisa membantu para penderita gangguan kepribadian histrionik. Akan tetapi, banyak pula penderita gangguan kepribadian histrionik yang menemukan cara untuk bisa hidup dengan kondisi mereka dan tak melihatnya tersebut sebagai sebuah masalah.
Sekitar dua hingga tiga persen dari populasi diperkirakan mengalami gangguan kepribadian histrionik. Gangguan kepribadian histrionik ini empat kali lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Belum diketahui apa penyebab gangguan kepribadian ini, namun riwayat keluarga dan riwayat kekerasan seksual di masa kecil dinilai dapat menjadi faktor risiko.
Sebagian ahli menilai istilah gangguan kepribadian histrionik bernada seksis. Beberapa ahli menilai istilah gangguan kepribadian histrionik mungkin akan dikeluarkan dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM).
"Saya pikir gangguan kepribadian histrionik merupakan versi yang lebih ringan dari narsisme, tidak melakukan manipulasi jahat sebanyak (narsisme), tapi lebih ke mencari perhatian dengan menggoda dan memiliki emosi dramatis yang dangkal," jelas psikolog klinis Ramani Durvasula.