REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, wabah hepatitis misterius tengah mengintai anak-anak di berbagai negara. Wabah ini disebut misterius karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Adanya varian baru Covid-19 menjadi salah satu kemungkinan penyebab wabah yang masih diinvestigasi.
Per 28 April 2022, UK Health Security Agency (UKHSA) merilis daftar hipotesis yang berisikan kemungkinan penyebab terjadinya wabah hepatitis pada anak. Ada lima hipotesis yang terangkum di dalam daftar tersebut.
Empat di antaranya adalah obat, paparan racun atau faktor lingkungan, varian adenovirus baru, dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi adenovirus normal akibat lockdown. Hipotesis yang kelima adalah varian baru virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2).
Sejauh ini, UKHSA belum menemukan bukti yang cukup mengenai adanya varian Covid-19 baru yang menyebabkan wabah hepatitis pada anak. Meski begitu, kemungkinan ini tidak disingkirkan dari daftar hipotesis yang mereka buat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengungkapkan bahwa kasus hepatitis misterius ini telah terdeteksi di 20 negara. Tercatat ada hampir 230 anak di dunia yang terkena hepatitis misterius ini, termasuk 145 anak di Inggris.
"Per 1 Mei, setidaknya ada 228 kasus probable yang dilaporkan ke WHO dari 20 negara, dengan tambahan lebih dari 50 kasus yang sedang diinvestigasi," jelas Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic, seperti dilansir The Sun, Kamis (5/5/2022).
Ada empat kasus kematian anak yang dicurigai berkaitan dengan hepatitis misterius ini. Tiga di antaranya berasal dari Indonesia dan satu dari Amerika Serikat. Akan tetapi, belum ada konfirmasi resmi yang menyatakan bahwa keempat kasus kematian tersebut benar berkaitan dengan hepatitis misterius.
Kasus hepatitis misterius ini dapat mengenai anak dengan rentang usia yang luas, mulai dari satu bulan hingga 16 tahun. Sebanyak 17 anak membutuhkan transplantasi hati.