REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuku panjang mungkin sekarang sudah menjadi bagian dari mode, entah itu untuk dilukis atau sekedar dipanjangkan dan dirawat biasa. Padahal, ada mikroorganisme yang bersembunyi di bawah kuku panjang yang dapat menyebabkan infeksi potensial.
"Semakin panjang kuku, semakin banyak area permukaan yang bisa ditumbuhi mikroorganisme. Penelitian menemukan ada 32 bakteri dan 28 jamur berbeda," kata profesor biologi di American University, Jeffrey Kaplan, dilansir Fox News, Jumat (22/4/2022).
Kuku palsu, kuku alami panjang, dan kuku akrilik atau kuteks maupun gel kuku semuanya meningkatkan kemungkinan mikroorganisme bersembunyi di bawahnya. Pada gilirannya, kuku jadi lebih sulit untuk dibersihkan.
Prof Kaplan mencatat satu penelitian yang menemukan bahwa bakteri resisten Staph aureus yang resisten terhadap methicillin atau MRSA ada di setengah sampel kuku. Keberadaan bakteri ini selanjutnya dapat menyebabkan infeksi.
"Seseorang bisa menularkan bakteri kuku ke sistem tubuhnya lewat menggaruk, menggigit kuku, mengorek hidung, dan mengisap jari. Bakteri dan jamur di bawah kuku yang panjang bisa menyebabkan infeksi kuku hingga kuku menjadi rusak," papar Kaplan.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa memakai kuku palsu dapat berkontribusi pada penularan patogen, terkait perawatan kesehatan tertentu. Petugas kesehatan yang memakai kuku palsu mungkin menyimpan patogen negatif (seperti Pseudomonas) di ujung jari mereka.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan bahwa kuku palsu tidak boleh dipakai oleh petugas kesehatan yang memiliki perawatan pasien langsung dengan pasien berisiko tinggi, seperti di unit perawatan intensif. Ujung kuku mereka harus dijaga panjangnya hanya sekitar setengah sentimeter.