Selasa 19 Apr 2022 14:01 WIB

Komedo tak Kunjung Hilang di Hidung, Apa Penyebabnya?

Sebagian orang mungkin bertanya-tanya komedo membandel terus muncul di hidung.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya komedo membandel terus muncul di hidung.
Foto: www.freepik.com.
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya komedo membandel terus muncul di hidung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya mengapa komedo membandel kerap bermunculan di hidung. Komedo adalah bentuk jerawat yang terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat oleh minyak, bakteri, dan kulit mati.

Ahli perawatan kulit Smita R Ramanadham menjelaskan, komedo memang paling sering terjadi di area kulit yang memiliki lebih banyak kelenjar sebaceous penghasil minyak. Konsentrasi tertinggi kelenjar itu ditemukan di hidung, dagu, leher, punggung, dan dada.

Baca Juga

Karena itu, hidung dan pipi rentan terhadap komedo. Apalagi, jika seseorang memakai riasan yang dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan bakteri. Penyebab lain yakni jika seseorang sering menyentuh wajah.

"Namun, tidak jarang juga kita menemukan komedo di area lain," kata Ramanadham yang merupakan ahli bedah plastik di Smita R Ramanadham Plastic Surgery, dikutip dari laman Insider, Selasa (19/4/2022).

Komedo tidak dapat menyebar, tetapi biasanya memiliki cluster di area yang sama, katanya. Itu kembali ke fakta bahwa area tertentu, seperti hidung, lebih berminyak dan cenderung tersumbat.

Hampir setiap orang akan mengalami komedo pada satu atau beberapa waktu. Menerapkan rutinitas perawatan kulit tepat, termasuk mencuci wajah secara teratur dan rutin melakoni peeling dapat membantu mencegah komedo.

Jika mengalami komedo yang parah, meluas, atau berulang, disarankan segera ke dokter. "Berkonsultasi dengan profesional medis untuk mengevaluasi masalah kulit dan menerapkan aturan perawatan kulit yang dapat membuka sumbatan pori-pori dan mengontrol produksi sebum," ujar Ramanadham.

Dokter kulit Providence Mission Hospital, Brian Toy, menyampaikan hingga 20 persen orang dewasa memiliki komedo, yang secara medis disebut komedo terbuka. Seperti lubang di jalan, pori-pori bisa terisi kotoran, kemudian teroksidasi dengan udara dan berubah menjadi hitam.

Siapa pun dapat mengalami komedo, tetapi pria lebih rentan karena testosteron meningkatkan produksi minyak. Remaja yang mengalami pubertas atau orang yang sudah menopause juga lebih rentan karena perubahan hormonal yang dapat meningkatkan produksi minyak.

Komedo yang dekat dengan permukaan kulit terkadang akan hilang dengan sendirinya. Toy mengerti banyak orang tidak dapat menahan diri untuk mencoba menghilangkan komedo sendiri. Dia memberikan izin kepada pasiennya untuk mencoba mencongkel komedo menggunakan kuku jari, tetapi tidak boleh lebih dari sekali.

Jika komedo masih ada setelah beberapa pekan, langkah terbaik adalah menghubungi ahli kecantikan atau dokter kulit profesional. Mereka akan menghilangkan komedo menggunakan ekstraktor komedo. Meskipun alat ini tersedia untuk dibeli dan digunakan di rumah, mencoba memakainya sendiri berisiko menimbulkan jaringan parut dan infeksi.

Berkonsultasi ke dokter juga penting guna memastikan apa yang muncul di kulit benar-benar komedo. Terkadang, filamen sebaceous disalahartikan sebagai komedo. Namun, filamen yang membantu minyak mengalir ke permukaan kulit itu seringkali lebih ringan dan lebih kecil, serta tampak seperti titik-titik kecil.

Bintik-bintik yang terlihat seperti komedo juga bisa saja merupakan sesuatu yang lebih serius. Toy mengatakan, kanker kulit yang mematikan seperti melanoma atau karsinoma sel basal berpigmen dapat meniru penampilan komedo. "Hanya seorang profesional terlatih yang dapat membuat diagnosis, jadi jika 'komedo' tidak hilang, itu harus diperiksa oleh dokter kulit bersertifikat," tutur Toy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement