REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beras merah sering disebut paling sehat dikonsumsi karena manfaat kesehatannya. Sementara nasi putih dianggap paling buruk, khususnya bagi para komunitas yang mengutamakan kesehatan. Namun, benarkah demikian?
Ada beberapa alasan mengapa nasi merah sering dianggap sebagai pilihan yang lebih baik. Argumen utama beras merah adalah gandum utuh. Perbedaan antara beras merah dan beras putih adalah beras merah dalam bentuk biji-bijian utuh yang tidak diproses. Beras putih, di sisi lain, telah menghilangkan dedak dan kumannya selama pemrosesan.
Biji-bijian utuh dianggap lebih sehat karena mengandung lebih banyak serat. Serat adalah nutrisi yang dikenal untuk menurunkan kolesterol, mengontrol gula darah, dan mengatur pencernaan. Memang benar beras merah mengandung lebih banyak serat daripada putih karena tidak dimurnikan, tapi jenis seratnya penting untuk diperhatikan.
Ada dua jenis serat, larut dan tidak larut. Serat larut menyerap air untuk melunakkan tinja Anda di saluran pencernaan, membuatnya lebih mudah untuk dikeluarkan.
Kemdian, perlahan-lahan membentuk massal dan memicu peristaltik, yang merupakan kontraksi usus yang membantu limbah bergerak melalui sistem Anda. Tak hanya itu, serat larut juga berfermentasi di saluran pencernaan untuk membantu meningkatkan keseimbangan bakteri di usus.
Di sisi lain, serat tidak larut tidak menyerap air atau berfermentasi. Karena tidak dipecah sama sekali, ia membentuk massa keras di usus. Bila dikonsumsi dalam jumlah banyak, justru dapat menyebabkan peradangan, ketidaknyamanan, kembung, gas dan lainnya.
Beras merah mengandung serat yang tidak larut. Menurut Dokter Pengobatan Naturopati Liz Carter, ini bisa sangat merugikan usus Anda.
“Beras merah mengandung serat tidak larut yang keras, sementara nasi putih tidak. Saya telah melihat beras merah sangat sulit ditangani untuk pasien saya dengan masalah usus," ujarnya seperti dilansir dari laman Womans World, Jumat (15/4/2022).
Lebih baik fokus pada makanan berserat larut yang memberi makan kesehatan usus Anda. Jika Anda berjuang dengan masalah pencernaan seperti sembelit dan ingin mengonsumsi lebih banyak serat, pertimbangkan untuk menambahkan lebih banyak makanan dengan serat larut ke dalam makanan Anda.
Dua alasan lagi mungkin membuat Anda ingin meninggalkan beras merah yaitu asam fitat dan arsenik. Beras merah mengandung asam fitat, yang dikenal sebagai antinutrisi karena sebenarnya menghambat kemampuan tubuh Anda untuk menyerap nutrisi tertentu, seperti zat besi, seng dan kalsium.
Makan dalam jumlah besar pada akhirnya dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral. Beras merah juga mengandung arsenik yang lebih tinggi, yang merupakan logam berat beracun yang, bila dikonsumsi dari waktu ke waktu, dapat meningkatkan risiko penyakit seperti kanker, penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Kita sering diberitahu makan sesuatu yang putih yang telah diproses itu buruk. Tapi dalam kasus ini, memproses biji-bijian sebenarnya menghilangkan serat penyebab peradangan (yang membuatnya lebih mudah dicerna). Selain itu, menurunkan jumlah asam fitat dan arsenik, membuat nasi putih menjadi pilihan yang lebih sehat.
Nasi putih memang memiliki indeks glikemik yang sedikit lebih tinggi daripada beras merah, yang berarti dapat meningkatkan kadar gula darah lebih banyak. Jika Anda sudah mengidap diabetes tipe 2, pradiabetes, atau gula darah tinggi, sebaiknya atur porsi Anda saat mengonsumsi karbohidrat secara umum.