REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Supermodel Bella Hadid akhirnya berterus terang tentang dirinya yang pernah menjalani operasi plastik saat remaja. Dia mengaku penyesalan karena melakukannya ketika masih berusia 14 tahun, menurut laporan Vogue, pekan lalu.
"Saya adalah saudara perempuan yang lebih jelek. Saya berambut cokelat. Saya tidak sekeren (kakak saya) Gigi, tidak ramah," kata perempuan berusia 25 tahun itu.
"Itulah yang benar-benar dikatakan orang tentang saya. Dan sayangnya ketika Anda diberi tahu banyak hal berkali-kali, Anda percaya begitu saja," kata perempuan bernama lengkap Isabella Khair Hadid tersebut, seperti dilansir Fox News, Jumat (25/3/2022).
Hadid, yang lahir di Georgetown Hospital di Washington DC, dan dibesarkan di California, pernah melakukan operasi di bagian hidung ketika masih belia. Berangkat dari pengalamannya itu, dia mengingatkan bahaya operasi plastik kepada para remaja.
"Jadi sekarang semua yang saya lakukan dalam kehidupan pribadi saya benar-benar untuk memastikan bahwa kondisi mental saya tetap di atas air. Fashion dapat membuat Anda sukses atau menghancurkan Anda. Dan jika itu bagus untuk Anda, Anda harus melakukan upaya sadar setiap hari agar tidak menghancurkanmu," tambah dia.
Sekitar 229 ribu operasi kosmetik dilakukan pada remaja berusia antara 13 hingga 19 tahun di AS pada tahun 2017. Remaja menyumbang sekitar empat persen dari semua prosedur kosmetik, menurut American Society of Plastic Surgeons.
Para ahli bedah plastik memperingatkan bahwa operasi hidung, atau dikenal sebagai "nose job" tidak dianjurkan sampai pertumbuhan hidung selesai. Fase itu biasanya sekitar usia 15 hingga 16 tahun pada perempuan dan usia 16 hingga 18 tahun pada pria. Situasi tertentu, seperti anak dengan bibir sumbing, prosedur dapat dilakukan lebih awal.
Diana Zuckerman selaku presiden Pusat Penelitian Kesehatan Nasional mengatakan, beberapa remaja lebih dewasa secara psikologis daripada yang lain. Akan tetapi, penting untuk dicatat bahwa perkembangan otak mereka tidak pada titik di mana mereka benar-benar dapat memikirkan implikasi jangka panjang.
"Dan mereka tidak dapat sepenuhnya mengetahui apa konsekuensinya," kata Zuckerman.