Kamis 24 Mar 2022 00:36 WIB

Mengenal Pola Pengasuhan Anak Berbasis Analisis Antropologis

Kemajuan teknologi telah membantu orang tua belajar mengasuh anak melalui aplikasi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Kemajuan teknologi telah membantu orang tua belajar mengasuh anak melalui aplikasi. (ilustrasi)
Foto: flickr
Kemajuan teknologi telah membantu orang tua belajar mengasuh anak melalui aplikasi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengasuh anak bukanlah perkara mudah. Tak semua orang tua punya keahlian yang sama dalam pengasuhan anak. Tapi kemajuan teknologi telah membantu orang tua belajar mengasuh anak melalui aplikasi.

Dengan kecanggihan aplikasi di internet, orang tua bisa memillih pola asuh seperti apa yang sesuai bagi anak usia dini. Baru-baru ini, Minderoo Foundation meluncurkan program global multichannel yaitu Thrive by Five untuk membantu orang tua di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga

Aplikasi Thrive by Five dikembangkan oleh Minderoo Foundation bekerja sama dengan Brain and Mind Center, University of Sydney dan BBE. Penelitian didasarkan pada analisis antropologis mendalam tentang pengasuhan dan norma masyarakat, peran gender dan peran pengasuhan.

"Hasilnya adalah kumpulan tips tindakan yang relevan dengan konteks nasional dan budaya masing-masing negara," kata Profesor Ian Hickie dari University of Sydney dilansir dari indiaeducationdiary pada Rabu (22/3/2022).

Profesor Ian mengatakan program ini adalah yang pertama di dunia. Ia menyebut program ini menggabungkan ilmu saraf dan praktik anak untuk menciptakan lingkungan yang membantu anak mencapai tujuan kognitif dan emosional.

"Ini secara unik menggabungkan wawasan baru dari ilmu perkembangan otak di usia dini dengan penerapan pengetahuan budaya khusus setempat," ujar Prof Ian.

Thrive by Five akan diluncurkan di 30 negara. Program itu dirancang untuk menyebarkan konten kepada orangtua dan pengasuh melalui berbagai saluran, baik digital maupun non-digital, dalam bahasa mereka sendiri. Bahkan program itu dirancang secara individual untuk menyesuaikan bahasa negara tersebut, budaya, beserta isyarat sosialnya.

Co-Founder Minderoo Foundation, Nicola Forrest, mengatakan peluncuran di Indonesia merupakan langkah pertama. Sebab program ini akan diperluas ke 30 negara di Afrika, Asia, Amerika Selatan dan Timur Tengah.

"Anak-anak membutuhkan pengasuhan yang menyenangkan sejak awal usia mereka untuk mendukung perkembangan otak dan potensi masa depan mereka,” kata Forrest.

Forrest mengatakan program ini bertujuan memberikan pengetahuan kepada orangtua dan pengasuh tentang hal yang mereka butuhkan selama lima tahun pertama anak. Sehingga anak-anak mampu mencapai potensi masa depan sepenuhnya.

"Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa momen-momen kecil dari koneksi dan interaksi, frekuensi pengulangan dan dapat membuat perbedaan yang signifikan," ujar Forrest.

Forrest menjelaskan konten Thrive by Five didasarkan pada penelitian antropologis dan neurosciencetific yang dibuat khusus di setiap negara. Untuk memastikan aksesibilitas maksimum, konten tersedia di perangkat berteknologi rendah, perangkat yang sudah tua, dan melalui berbagai saluran termasuk SMS, radio, televisi, dan media cetak dan digital.

"Ini untuk menginspirasi orangtua dan pengasuh supaya lebih banyak melakukan interaksi yang berkualitas dengan anak-anak. Sehingga akan mengubah perilaku mereka dengan menyoroti tindakan yang dapat dilakukan dan diinginkan seperti permainan sederhana seperti cilukba yang terbukti secara ilmiah memiliki dampak yang signifikan bagi tumbuh kembang anak," ucap Forrest.

Sementara itu, Ketua Yayasan Minderoo Andrew Forrest mengatakan lembaganya sedang mencari cara untuk mencapai perubahan paradigma global bagi anak-anak di seluruh dunia. Ia mengakui setiap anak di dunia memiliki hak untuk memulai hidup sebaik mungkin.

"Program Thrive by Five akan menginformasikan dan memberdayakan orangtua dan pengasuh untuk membantu anak-anak mereka mencapai potensi terbesar mereka, dari negara-negara yang dilanda perang seperti Afghanistan hingga komunitas paling terpencil di Kenya,” kata Andrew.

Program ini awalnya diluncurkan di Indonesia, kemudian diikuti oleh Afghanistan dan Namibia. Pada tahun 2024, program ini ditarget hadir di 30 negara di seluruh dunia.

“Fokus khusus kami adalah pada komunitas di mana kesadaran akan pentingnya perkembangan anak usia dini, atau di mana akses ke informasi ini terbatas, dan memberikan mereka informasi yang mudah diakses yang dan sudah disesuaikan dengan mereka," ujar Andrew.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement