Selasa 22 Mar 2022 15:55 WIB

Rasa Nyeri-Sensasi Terbakar di Dada Jadi Gejala Asam Lambung Sedang Naik, Apa Obatnya?

Asam lambung naik kerongkongan dikenal juga sebagai GERD.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Sakit perut (ilustrasi). Kondisi naiknya asam lambung ke kerongkongan ini dikenal sebagai Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung.
Foto: Flickr
Sakit perut (ilustrasi). Kondisi naiknya asam lambung ke kerongkongan ini dikenal sebagai Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam proses pencernaan, cairan asam lambung memiliki peran penting dalam memecah makanan yang ada di dalam lambung. Normalnya, asam lambung hanya menetap di dalam lambung saja. Namun. pada sebagian orang, asam lambung ini bisa keluar dari lambung dan naik hingga ke kerongkongan.

Kondisi naiknya asam lambung ke kerongkongan ini dikenal sebagai Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung. GERD bisa terjadi karena melemahnya katup atau sfingter yang berada pada kerongkongan bagian bawah, sehingga asam lambung hingga makanan dan minuman dari lambung bisa mengalir naik kembali ke kerongkongan.

Baca Juga

Penderita GERD biasanya akan merasakan beberapa gejala ketika asam lambung sedang naik. Salah satu gejala yang kerap muncul adalah rasa nyeri atau sensasi terbakar di dada yang juga dikenal sebagai heartburn.

Seperti dilansir WebMD, gejala ini bisa berlangsung selama hitungan menit hingga jam. Selain heartburn, penderita GERD juga dapat merasakan gejala seperti mulut terasa pahit, kesulitan menelan, dan bau mulut. Tak jarang, penderita GERD akan mengalami gejala seperti mual, muntah, atau rasa sakit di kerongkongan.

Secara umum, GERD bukanlah penyakit yang mengancam jiwa. Akan tetapi, GERD yang dibiarkan dan tak diobati bisa memicu masalah yang lebih serius di kemudian hari, seperti striktur esofagus, pneumonia aspira, hingga kanker kerongkongan.

"Apakah GERD mengancam jiwa? Tidak secara langsung. Tapi kalau ada proses sampai (terjadi) kanker, ujung-ujungnya meninggal," ungkap dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan dokter spesialis gastroenterologi dari FKUI-RSCM Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH dalam virtual media briefing bersama Wellesta CPI beberapa waktu lalu.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement