REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi bisa memicu terjadinya beragam masalah kesehatan serius, seperti penyakit kardiovaskular, strok, serta penyakit-penyakit lain yang mempengarui otak dan ginjal. Mengonsumsi protein dari sumber yang beragam bisa menjadi kunci dalam menekan risiko hipertensi.
Hubungan antara konsumsi protein yang bervariasi dengan hipertensi ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Hypertension. Studi ini dipimpin oleh peneliti dari Southern Medical University di Cina, Dr Xianhui Qin MD.
Belakangan ini, peran protein sebagai salam satu upaya pencegahan hipertensi marak dibicarakan. Hal ini pula yang mendorong Dr Qin dan tim untuk mempelajari peran konsumsi poptein dalam kejadian hipertensi dalam studi mereka.
Para partisipan yang terlibat dalam studi memiliki rerata usia 41 tahun, dengan komposisi 53 persen wanita. Selama studi berlangsung, ada 35 persen partisipan yang terdiagnosis dengan hipertensi.
Hasil studi menunjukkan bahwa kejadian hipertensi tampak jauh lebih rendah di kalangan partisipan yang mengonsumsi protein paling bervariasi. Tingkat kejadian hipertensi baru pada kelompok ini kurang dari setengah kali lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak mengonsumsi beragam protein.
"Konsumsi protein yang lebih bervariasi dalam kuantitas yang tepat dapat menjamin adanya asupan berbagai macam asam amino esensial," ungkap Dr Qin, seperti dilansir Medical News Today, Rabu (16/3/2022).
Asupan asam amino esensial yang beragam ini bis aberkorelasi dengan status nutrisi serta kekayaan dan variasi mikrobiota yang lebih baik.
"Konsumsi pola makan yang seimbang dengan protein dari sumber yang bervariasi dan berbeda, daripada hanya satu sumber protein saja, bisa membantu mencegah terbentuknya tekanan darah tinggi," jelas Dr Qin.
Studi ini menggunakan data dari China Health and Nutrition Survey yang dihimpun selama periode 1989 hingga 2015. Survei ini mencakup lebih dari 47 persen populasi Cina. Pengambilan data dilakukan setiap 2-4 tahun sekali, dan ada pengambilan sampel data pada 2009.
Ahli gizi terlatih juga mengumpulkan informasi mengenai asupan makan para partisipan melalui wawancara tatap muka. Melalui data ini, tim peneliti berupaya mencari tahu variasi dan kuantitas asupan protein dari delapan sumber makanan utama, yaitu biji padi-padian utuh dan rafinasi, daging merah proses dan tanpa proses, unggas, ikan, telur, dan legum.
Peneliti melakukan pemantauan hingga 6,1 tahun sambil mendapatkan informasi mengenai diagnosis hipertensi baru di antara para partisipan. Analisis final dari studi melibatkan sebanyak 12.177 partisipan.
Ahli gizi senior dari British Heart Foundation, Tracy Parker, menilai studi terbaru ini semakin menambah bukti bahwa konsumsi protein dalam jumlah yang cukup dan makananan yang bervariasi merupakan bagian penting dari pola makan sehat. Dalam hal enjaga kesehatan jantung, Parker menganjurkan agar setiap orang dapat mengonsumsi lebih banyak buah, sayur, ikan, kacang-kacangan, dan gandum utuh.
"Serta mengurangi makanan tinggi garam, tinggi gula, tinggi lemak jenuh, seperti kue, biskuit, dan makanan manis," ungkap Parker.
Berbagai faktor gaya hidup lain juga tak boleh dilupakan. Beberapa di antaranya adalah olahraga teratur, berhenti merokok, dan menjaga berat badan yang sehat.
"Itu juga cara yang penting dalam menurunkan risiko Anda terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah," ujar Parker.