REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam beberapa waktu terakhir ramai diperbincangkan warganet di media sosial tentang Hari Greges Nasional. Istilah ini muncul kembali karena banyak masyarakat yang mengeluhkan mengalami demam, batuk, pilek dan tenggorokan sakit.
Bahkan, selama pandemi berlangsung, tidak sedikit yang mengaitkan gejala-gejala dengan Covid-19. Terutama, setelah muncul varian-varian baru dari Covid-19 seperti varian Delta tahun lalu maupun varian Omicron yang muncul tahun ini.
Greges sendiri merupakan salah satu ungkapan yang sering diucapkan masyarakat Jawa yang sedang kondisi tidak enak badan. Spesialis THT-KL RSA UGM, dr Mahatma Sotya Bawono mengatakan, greges merupakan gejala yang biasa muncul saat terserang flu.
Namun, dalam situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, sulit membedakan apakah seseorang terkena flu atau terinfeksi Omicron. Mahatma berpendapat, sulitnya melakukan identifikasi lantaran Omicron memiliki gejala seperti flu biasa.
Mahatma menyampaikan, dalam flu biasanya menimbulkan gejala-gejala seperti demam, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Kondisi tersebut memang serupa dengan gejala-gejala khas dalam Omicron seperti demam, batul, pilek dan nyeri tenggorokan.
"Salah satu bedanya yang dominan adalah nyeri tenggorokan yang lebih berat dibandingkan dengan flu," kata Mahatma, Kamis (3/3/2022).
Maka itu, bila tubuh mulai merasakan gejala greges, Mahatma mengimbau masyarakat untuk bisa beristirahat, membatasi interaksi dan melakukan isolasi mandiri. Jika gejala tidak mereda dalam kurun waktu 24 jam, ia menyarankan melakukan swab test.
Pengecekan swab test menjadi salah satu langkah yang dapat membedakan apakah yang tengah dialami merupakan flu biasa atau varian Omicron. Mahatma mengingatkan, melalui swab test diharap pula bisa menekan penularan Covid-19, khususnya Omicron.
"Juga melindungi orang-orang yang berisiko mengalami gejala berat seperti lansia, orang yang belum divaksin dan orang dengan komorbid," ujar Mahatma.