Senin 21 Feb 2022 00:30 WIB

Subvarian BA.2 Bisa Sebabkan Sakit Serius Seperti Delta

CDC menyebut belum ada bukti bahwa lineage BA.2 lebih berat dibandingkan lineage BA.1

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Peneliti mengungkapkan bahwa subvarian Omicron BA.2 tak hanya bisa menyebar lebih cepat, tetapi juga memicu sakit yang lebih berat. Peneliti Jepang bahkan memiliki kekhawatiran bahwa BA.2 memiliki kemampuan untuk memicu sakit yang serius, seperti varian Delta.

Kekhawatiran ini didasarkan pada temuan terbaru dari penelitian laboratorium di Jepang. Penelitian ini juga menemukan BA.2 memiliki kemungkinan kebal atau resisten terhadap beberapa pengobatan, termasuk sotrovimab. Sotrovimab merupakan antibodi monoklonal yang saat ini digunakan untuk melawan infeksi varian Omicron.

Baca Juga

"Ini mungkin, dari perspektif manusia, merupakan virus yang lebih buruk dibandingkan (subvarian) BA.1 dan mungkin bisa bertransmisi lebih baik dan menyebabkan penyakit yang lebih berat," jelas section head of microbiology Cleveland Clinic, Dr Daniel Rhoads, seperti dilansir The Australian.

Temuan ini telah diunggah ke open server bioRxiv. Akan tetapi, temuan ini belum melalui peninjauan oleh rekan sejawat.

Terkait temuan ini, Direktur Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Dr Rochelle Walensky mengatakan belum ada bukti bahwa lineage BA.2 lebih berat dibandingkan lineage BA.1. Meski begitu, CDC masih terus memantau varian-varian SARS-CoV-2 yang beredar secara domestik dan internasional.

"Kami akan terus memantau data yang muncul mengenai keparahan penyakit pada manusia dan temuan dari paper ilmiah yang dilakukan dalam lingkup laboratorium seperti ini," ungkap Dr Walensky.

Terkait semakin meluasnya peredaran varian Omicron, vaksinasi menjadi salah satu kunci untuk melindungi masyarakat secara umum, khususnya kelompok-kelompok berisiko seperti ibu hamil. Vaksinasi tak hanya akan memberikan perlindungan bagi ibu hamil tetapi juga bayi yang akan dilahirkan.

Menurut sebuah studi, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang divaksinasi Covid-19 saat hamil memiliki kecenderungan lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 dalam enam bulan pertama kehidupannya. Temuan ini didasarkan pada ibu hamil yang divaksinasi dengan dua dosis vaksin mRNA, yaitu vaksin Covid-19 Moderna atau Pfizer.

"Mendapatkan vaksin Covid-19 selama kehamilan dapat melindungi bayi di bawah enam bulan dari kemungkinan perawatan di rumah sakit karena Covid-19," ujar Dr Dana Meaney-Delman dari CDC.

Ketika ibu hamil divaksinasi dengan vaksin Covid-19 mRNA, tubuh mereka akan membangun antibodi untuk memberikan perlindungan dari ancaman Covid-19. Antibodi ini juga ditemukan pada darah tali pusat. Temuan ini mengindikasikan bahwa antibodi yang terbentuk pada tubuh ibu hamil juga disalurkan ke janin dalam kandungan mereka.

Berdasarkan data, sekitar 88 persen bayi dengan Covid-19 yang dilarikan ke ICU dengan sakit yang berat dilahirkan dari ibu yang tidak vaksinasi, baik sebelum maupun selama kehamilan. Dari bayi-bayi yang dipantau dalam studi ini, ada satu yang harus mengalami kematian. Bayi yang mengalami kematian ini dilahirkan oleh ibu yang tidak vaksinasi.

"Intinya adalah vaksinasi ibu adalah cara yang sangat penting untuk melindungi bayi-bayi kecil ini," ujar Dr Meaney-Delman. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement