Jumat 18 Feb 2022 15:59 WIB

Viral Diduga Karyawan Pertamina Hina Agama Kini Tutup Akun Twitter

Mendapat serangan warganet, akun @EthiemJ kini sudah deaktif.

Akun Twitter @EthiemJ kini dieaktif setelah diserang warganet karena membuat status yang dianggap menyerang agama Islam.
Foto: Tangkapan layar
Akun Twitter @EthiemJ kini dieaktif setelah diserang warganet karena membuat status yang dianggap menyerang agama Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang diduga karyawan PT Pertamina membuat heboh jagat lini masa. Akun milik Jebby Ethiem @EthiemJ membuat status kontroversial yang dianggap menghina ajaran Islam, hingga membuat banyak warganet bereaksi. Tidak kuat mendapat serangan, Ethiem pun kemudian tutup akun. Tidak hilang akal, warganet berusaha membongkar profil akun tersebut hingga menemukan ia sedang memakai helm proyek Pertamina.

Asal mula kasus itu adalah ketika viral spanduk di Kota Malang bertuliskan 'Malang Tolerant City Not Halal City'. Ethiem pun menulis status yang membuat marah warganet.

"Not halal city artinya gak mau ngikutin kemauannya umat sampah penyembah khayalan ajarannya si cabul Arab pedofilia. Gitu aja sih maksudnya. Mau diharamkan oleh kalian para umat sampah, tidak masalah."

Status tersebut langsung membuat akun @EthiemJ mendapat serangan bertubi-tubi hingga akun tersebut kini sudah tidak aktif. Meski begitu, mereka langsung saja me-mention akun @pertamina. "Halo @pertamina, silakan laporkan dan proses hukum karyawan Anda, atau umat Islam dan warga Jabar yang akan cari dan seret J Ethiem ke kantor polisi. Cc @Divhumas_Polri," ucap akun @ZAEEffendy.

Tidak hanya itu, mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu juga mengecam tindakan karyawan tersebut. "Ternyata yang bersangkutan karyawan BUMN? Selama ini masjid BUMN yang diawasi, ternyata seperti ini bebas," ucapnya melalui akun Twitter, @msaid_didu.

Republika sudah mencoba mengontak Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, namun hingga berita ini dibuat belum memperoleh jawaban. Republika mempertanyakan apakah karyawan yang membuat status kontroversial tersebut merupakan karyawan Pertamina atau hanya rekanan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement