Jumat 18 Feb 2022 14:22 WIB

Tekanan Darah Tinggi Jelang Vaksinasi, Pasti Hipertensi?

Saat diukur jelang vaksinasi, tekanan darah seseorang bisa jadi tinggi.

Tenaga kesehatan mengukur tensi warga yang akan disuntik vaksin Covid-19. Diagnosis hipertensi tidak bisa ditegakkan hanya dengan satu kali pengukuran di klinik atau rumah sakit.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Tenaga kesehatan mengukur tensi warga yang akan disuntik vaksin Covid-19. Diagnosis hipertensi tidak bisa ditegakkan hanya dengan satu kali pengukuran di klinik atau rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan darah Anda tinggi ketika skrining jelang vaksinasi Covid-19 atau pemeriksaan dokter? Tenang, bukan berarti Anda hipertensi. Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr Erwinanto SpJP(K) mengatakan, konfirmasi diagnosis hipertensi tidak dapat hanya mengandalkan pada satu kali pemeriksaan di klinik.

"Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia menganjurkan pemeriksaan tidak hanya dalam satu kali kunjungan. Jangan bapak ibu datang langsung dibilang hipertensi, tidak boleh. Harusnya diperiksa beberapa kali kunjungan baru bilang iya hipertensi (jika tekanan darah memang tinggi)," kata dia dalam konferensi pers virtual bertema "Apakah tatalaksana hipertensi di masa Covid-19 ada perbedaan?", Jumat (17/2/2022).

Baca Juga

Menurut Erwinanto, pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan berkali-kali membantu mencegah orang dengan sebutan "hipertensi jas putih" dimasukkan dalam kelompok hipertensi. Hipertensi jas putih ini yakni mereka yang terukur hipertensi saat pemeriksaan dilakukan di klinik atau rumah sakit tetapi saat pemeriksaan di rumah hasilnya menunjukkan normal.

"Rata-rata di Indonesia, diagnosis hipertensi dilakukan dengan pemeriksaan sekali di klinik," kata dia.

Dalam hal ini, pemeriksaan di luar klinik atau di rumah bisa menjadi alternatif, memanfaatkan Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM). Strategi pengukuran menggunakan ABPM untuk konfirmasi diagnosis hipertensi dianjurkan bila alat tersedia.

Alat ini mulai banyak digunakan di Indonesia. Alat tersebut dapat menggambarkan dinamika pola tekanan darah pagi dan malam hari.

"Kita ingin mengetahui apakah pasien tertentu itu ternyata sudah hipertensi di rumah atau ketika memakai ambulatory blood pressure monitoring," ujar Erwinanto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement