REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak yang suka memilah-milih makanan atau disebut juga picky eater menjadi salah satu cobaan bagi para ibu menghadapi gizi anak. Hal ini yang kemudian menyebabkan 1 dari 5 anak sekolah di Indonesia mengalami obesitas, menurut data Kementerian Kesehatan.
Data dari UNICEF juga menyatakan sebanyak 53 persen anak Indonesia mengalami masalah kurang gizi kronis (stunting) yang berdampak pada tinggi badan anak tidak sesuai dengan umur. Serta, 36 persen anak Indonesia mengalami defisiensi atau kekurangan zink.
Untuk mengatasi permasalahan ini di Indonesia, ada baiknya mempromosikan gizi anak sejak usia dini sehingga dapat meningkatkan kognitif jangka panjang dan kinerja anak di sekolah, terutama pada anak-anak yang mengalami defisiensi. Nutrisi seimbang sangatlah penting bagi anak-anak, serta pola makan yang turut berpengaruh dan dapat menjadikan otak anak lebih berkembang.
Jurnal dari Developmental & Behaviorat Pediatrics (2017) mengatakan bahwa nutrisi seimbang terutama vitamin D, A, B-kompleks, dan mineral zink dan iodium dinilai penting bagi tumbuh kembang organ tulang dan jantung, serta imunitas anak. Medical Dokter & Influencer Health, dr Nadia Alaydrus menjelaskan bahwa tubuh membutuhkan 13 macam vitamin yang sebaiknya dikonsumsi setiap hari dan sumbernya bisa dari buah, sayur, termasuk dari suplemen vitamin.
"Suplemen multivitamin juga berfungsi terhadap tumbuh kembang anak-anak. Karena para orang tua tidak bisa menjanjikan semua kebutuhan vitamin terpenuhi hanya dari asupan makanan sayur dan buah saja, mengingat metode masak yang juga memiliki beragam cara," kata Nadia, dalam acara peluncuran produk 'Youvit Multivitamin Baru', belum lama ini.
Selain itu, suplemen multivitamin dengan format permen kenyal (gummy), dapat memudahkan para ibu untuk mencukupi gizi anaknya tanpa khawatir kesulitan memilah-milih makanan (picky eater) lagi. Bahkan di masa pandemi dan musim pancaroba, mengonsumsi suplemen multivitamin dapat menjaga daya tahan tubuh anak terhindar dari berbagai penyakit dan virus mematikan.
“Kalau sekarang kan udah beda, zaman dulu ‘4 sehat 5 sempurna’. Nah, sekarang judulnya ‘gizi seimbang’, jadi mesti lengkap semuanya,” jelas Nadia.
Menurutnya mengonsumsi multivitamin tak hanya ketika sakit atau di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, tetapi juga saat sehat sehingga imunitas menjadi terjaga. Selain itu, multivitamin juga harus dikonsumsi setiap hari dengan dosis yang tepat. Namun jika seseorang dengan indikasi defisiensi terhadap vitamin, dosis boleh ditingkatkan sesuai syarat dan ketentuan dari dokter.
Nadia juga menerangkan bahwa selain kekurangan vitamin, kelebihan vitamin juga dapat menimbulkan hal yang berbahaya.
“Kalau seseorang kekurangan tentunya imunitas jadi menurun, akhirnya produktivitas juga jadi menurun, jadi gampang lemas, gampang sakit. Nah, kalau kelebihan akan merusak fungsi ginjal, fungsi hati, karena yang seharusnya organnya tidak bekerja berlebihan, justru dipaksa bekerja berlebihan. Makanya kita kalau mengonsumsi suplemen vitamin harus sesuai dosisnya,” jelas Nadia.