Senin 31 Jan 2022 20:27 WIB

Angkat Isu Gay dan Seks Bebas, Film Perfect Strangers Versi Arab Picu Kontroversi

Perfect Strangers merupakan film yang paling banyak di-remake.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Poster film Ashab Wala Aazz, remake Perfect Strangers versi Arab, yang tayang di Netflix.
Foto: Neflix
Poster film Ashab Wala Aazz, remake Perfect Strangers versi Arab, yang tayang di Netflix.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Arab pertama yang diproduksi Netflix Ashab Wala A'azz telah memicu kontroversi dan kritik karena dinilai tak sesuai dengan nilai-nilai keluarga dan agama. Film yang merupakan remake dari hit Italia Perfect Strangers ini mengangkat isu-isu sensitif bagi masyarakat Arab, seperti perselingkuhan, gay, hingga seks bebas.

Ashab Wala A'azz menampilkan adegan sang ayah membolehkan putrinya yang masih remaja untuk berhubungan seks dengan pacarnya. Dalam sebuah adegan, diperlihatkan juga bagaimana sang istri menanggalkan abaya dan menggantinya dengan pakaian seksi untuk menjumpai selingkuhannya.

Baca Juga

Lantas, dalam momen dramatis, seorang pria mengungkap bahwa dia gay. Publik pun bersuara dan mendebat film Ashab Wala A'azz.

Mulai dari media sosial, acara talk show di TV maupun masyarakat Mesir dan Timur Tengah lainnya melancarkan kecaman terhadap film yang berlatar di Lebanon tersebut. Di sisi lain, ada pula yang menilai bahwa film itu mengungkap gejolak sosial yang selama ini terus menerus ditutupi masyarakat Arab di dunia nyata.

 

Yang menjadi sebuah ironi adalah bahwa Netflix di Timur Tengah menampilkan banyak film dan serial non-Arab yang menampilkan karakter gay secara positif, seks pranikah. dan di luar status pernikah, dan bahkan ketelanjangan yang biasanya dilarang di bioskop di wilayah tersebut. Akan tetapi, ketika tema yang sama diangkat dalam film berbahasa Arab dengan aktor-aktor Arab itu baru menjadi sebuah kontroversi.

 

"Saya pikir jika itu adalah film asing yang normal, buat saya nggak masalah. Tetapi karena ini adalah film Arab, saya tidak menerimanya. Kami tidak menerima gagasan homoseksual atau hubungan intim sebelum menikah," kata seorang warga Mesir bernama Ehlam (37 tahun) saat dimintai pendapatnya soal film tersebut.

 

Sebagian besar masyarakat Mesir yang mayoritas beragama Islam memang menolak homoseksualitas. Sebuah survei tahun 2013 oleh Pew Research Center menemukan bahwa 95 persen orang di Mesir sepakat bahwa homoseksualitas harus ditolak.

Begitu juga dengan Lebanon. Sebanyak 80 persen warganya menolak hubungan sejenis. Pemeran Ashab Wala A'azz sebagian besar adalah bintang Lebanon terkemuka dan acaranya berlatar di Lebanon.

Di Lebanon, Ashab Wala A'azz mengumpulkan lebih banyak ulasan positif. Para penggemar mengatakan, film itu bagus karena berani mendobrak stereotip yang biasanya melekat pada karakter gay atau pasangan selingkuh di layar.

 

Ini bukan pertama kalinya film berbahasa Arab menampilkan karakter gay. Yang paling terkenal misalnya The Yacoubian Building (2006) dengan aktor asal Mesir memerankan karakter utama gay. Tetapi, karakter itu akhirnya dibunuh oleh sang kekasih, dalam apa yang dilihat banyak orang sebagai hukuman.

 

Sebaliknya, karakter gay dalam Ashab Wala A’azz tidak digambarkan secara negatif. Karakter gay di film ini dibiarkan pergi untuk memilih identitas seksualnya tanpa harus menerima hukuman.

 

Fatima Kamal, seorang warga Mesir berusia 43 tahun, mengatakan bahwa dia tidak menganggap film Ashab Wala A’azz mempromosikan hubungan sesama jenis. Dia berpendapat bahwa beberapa film Mesir di masa lalu lebih berani. 

"Film ini menyentuh isu-isu yang mengangkat realitas tabu, di mana selama ini kerap ditutupi. Kita semua memiliki sisi gelap dan cerita tersembunyi," kata dia seperti dilansir ABC News, Senin (31/1/2022).

 

Kamal yang memiliki seorang putra berusia 12 tahun, juga menepis anggapan bahwa Ashab Wala A'azz akan merusak pemuda Arab. Menurutnya, membatasi film atau kemajuan teknologi bukanlah solusi dalam mendidik publik di era modern.

 

"Membatasi film bukanlah jawabannya. Solusinya adalah menonton berdasarkan usia dan bicara kepada mereka bahwa tidak semua yang kita lihat di layar itu baik-baik saja," kata Kamal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement